Pages

10 Des 2025

HASIL LABORATORIUM KELUAR, KERACUNAN 444 SISWA DI BLORA DISEBABKAN BAKTERI E COLI


INFOBLORA.ID
- Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan massal ratusan siswa di SMP Negeri 1 Blora, SMP Kristen Blora, dan SMP Katolik Blora akhirnya resmi keluar. Dari hasil uji laboratorium, makanan yang didistribusikan oleh SPPG Karangjati 1 pada Selasa, 25 November 2025, terbukti mengandung bakteri Escherichia coli (E coli).

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Nur Betsia Bertawati, menyampaikan bahwa hasil laboratorium sampel makanan tersebut keluar pada Kamis, 4 Desember 2025.

“Dari hasil pemeriksaan ditemukan bakteri E coli pada makanan dan air yang digunakan saat proses pengolahan,” ungkapnya.

Hasil pemeriksaan bakterologis air dan makanan menunjukkan bahwa keracunan makanan disebabkan oleh bakteri E coli yang terkandung dalam menu ayam, sayur pakcoy wortel, dan buah melon yang dikonsumsi para siswa.

Menurut Nur Betsia, kemungkinan besar bakteri tersebut muncul akibat proses pengolahan makanan yang tidak sempurna sehingga memungkinkan bakteri tetap hidup dan berkembang di dalam makanan.

Dari total 810 siswa yang mengonsumsi makanan tersebut, sebanyak 444 siswa mengalami gejala keracunan berupa sakit perut, diare, mual, muntah, demam, dan pusing. Sementara itu, lima siswa harus menjalani perawatan inap, dengan rincian empat siswa dirawat di Rumkitban dan satu siswa dirawat di RSUD Blora. Sebanyak 117 siswa menjalani rawat jalan, sedangkan 322 siswa lainnya mengalami gejala ringan tanpa perlu perawatan medis.

“Dalam jumlah normal, bakteri E coli sebenarnya termasuk bakteri baik. Namun jika jumlahnya melebihi ambang batas, bakteri ini akan mengeluarkan racun yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan,” jelasnya.

Selain pada makanan, bakteri E coli juga ditemukan pada air tower yang digunakan untuk mencuci bahan makanan dan memasak. Saat ini, dapur SPPG Karangjati 1 masih ditutup sejak kejadian keracunan tersebut terjadi. Dinas Kesehatan sendiri menyatakan tugasnya terbatas pada penyelidikan epidemiologi keracunan makanan.

Sementara itu, Kepala Korwil SPPG Blora, Artika Diannita, menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium telah dilaporkan kepada Badan Gizi Nasional (BGN). Untuk keputusan pencabutan operasional dapur, pihaknya masih menunggu keterangan resmi dari BGN pusat.

“Sejak kejadian keracunan, dapur masih berhenti beroperasi. Untuk dana yang sudah sempat cair akan dikembalikan ke BGN,” ujarnya.

Akibat dihentikannya operasional dapur tersebut, sebanyak 3.416 penerima manfaat saat ini belum menerima Makan Bergizi Gratis (MBG).

Artika juga mengimbau seluruh dapur penyedia agar selalu meningkatkan pemeriksaan bahan baku dan proses pengolahan makanan serta lebih berhati-hati apabila ditemukan kandungan bakteri agar segera dilakukan penggantian bahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan Saran serta masukan sangat berharga demi akuratnya informasi dalam portal infoblora.id ini.