Sosialisasi pengelolaan hutan KHDTK oleh UGM Yogyakarta di Kampus Lapangan Fakultas Kehutanan Desa Getas Kecamatan Kradenan. (foto: dok-humas) |
Hutan seluas itu
berada di 16 desa, 9 desa masuk wilayah Kecamatan Kradenan,
Randublatung dan Jati (Blora, Jateng) dan 7 desa di wilayah Kecamatan
Pitu (Ngawi, Jatim). Dimana hutan tersebut ditetapkan oleh
Kementerian LHK sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
yang dikelola oleh UGM, khususnya Fakultas Kehutanan sebagai hutan
pendidikan dan pelatihan.
“Sejak tahun lalu
kita diserahi untuk mengelola hutan dengan fungsi tujuan pendidikan
dan pelatihan. Sehingga kini perlu kita sosialisasikan kepada
masyarakat mengingat kawasan hutan ini ada di 16 desa di perbatasan
dua kabupaten beda provinsi,” kata Dekan Dekan Fakultas Kehutanan
UGM, Dr. Budiadi, Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr.Sc., saat sosialisasi
KHDTK di Kampus Lapangan Fakultas Kehutanan UGM di Desa Getas
Kecamatan Kradenan, Blora, Selasa (25/4/2017).
Turut hadir dalam
sosialisasi tersebut Bupati Blora Djoko Nugroho yang diwakili oleh
Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si, Bupati Ngawi yang diwakili Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Setiyono, Adm Perhutani KPH Ngawi, Asper, SKPD
Kabupaten Blora dan Ngawi, Forkopimcam, Kades dan Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH).
Adapun Koordinator
Pelaksana KHDTK, Teguh Yuwono mengatakan bahwa UGM ingin
mengembangkan kawasan hutan lebih intensif lagi dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan sehingga manfaatnya bisa lebih
dirasakan oleh masyarakat.
Wakil Bupati Blora H.Arief Rohman koordinasi dengan Perhutani KPH Ngawi yang ada di perbatasan Blora-Ngawi. (foto: dok-humas) |
Padahal menurutnya
hutan merupakan sumber kehidupan. Dimana dari hutan lah semua
kebutuhan manusia sebenarnya bisa terpenuhi dan memakmurkan
masyarakat. Tinggal bagaimana pengelolaan hutan yang baik. Ia miris
karena kini hutan sudah tidak dianggap sebagai sumber kehidupan,
melainkan hutan sebagai sumber bencana alam dan sumber masalah.
“Mari bersama-sama
kita kelola hutan dengan lebih baik dan mengambalikan fungsi hutan
sebagai sumber kehidupan. Kami dari UGM hanya diberikan hak untuk
mengelola, bukan memiliki hutan. Dalam pengelolaan itu, kami tidak
akan merusak tatanan yang ada. LMDH akan kita ajak bersama untuk
mengelola hutan agar lebih produktif sehingga tidak hanya ditanami
jati saja. Begitu juga dengan Perhutani, akan terus kita ajak
kerjasamanya,” jelasnya.
Selama ini hutan
hanya ditanami dengan jati dan hasilnya belum bisa dirasakan oleh
seluruh masyarakat hutan. Sehingga banyak warga desa hutan yang
membuka lahan hutan menjadi sawah di sekitar aliran sungai atau
istilahnya corah untuk ditanami tanaman pangan. Bahkan jika warga
terdesak dengan kebutuhan ekonomi, tak jarang mereka nekat mencuri
kayu jati di hutan.
Atas dasar itu,
dengan program KHDTK tersebut UGM mengajak seluruh pihak terkait
untuk mengelola hutan lebih baik lagi. Lahan yang dikelola seluas
10.901 hektar tersebut semuanya tidak akan ditanami jati saja.
“Jati maksimal 50
persennya saja, sisanya kita akan tanami dengan pepohonan lainnya
yang bisa menghasilkan komoditas lain sehingga bisa meningkatkan
pendapatan masyarakat desa hutan dengan sistem kerjasama melibatkan
LMDH. Silahkan para petani LMDH untuk memberikan usul tanaman apa
yang cocok ditanam di kawasan hutan, misalnya porang, pohon
buah-buahan, nangka dan sebagainya. Jangan hanya padi, jagung dan
kedelai saja,” tutur Teguh Yuwono.
Untuk mencapai itu,
pihaknya siap untuk melaksanakan beberapa program diantaranya
Pertanian Intensif berbasis Integrated
Forest Farming System, pembuatan
pesemaian bibit unggul, penataan batas areal KHDTK, Capacity
Building Petani Hutan, Perbaikan Tata
Kelola Hutan dan Peningkatan Akses Masyarakat serta Pemerintah Daerah
dalam mengelola hutan.
“Itu semua akan
tercapai dengan adanya kerjasama dari seluruh pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini kami undang juga jajaran Pemkab Blora dan Ngawi.
Agar kedua Pemda ini bisa turut mensukseskan dan memberikan dukungan.
Seperti dalam hal perbaikan jalan akses menuju Getas ini baik dari
wilayah Blora maupun Ngawi,” harapnya.
Sebagai wakil Pemkab
Blora, Wabup Arief Rohman menyatakan bahwa Pemkab Blora siap
mendukung program yang diusung UGM melalui pengelolaan KHDTK dengan
tujuan menerapkan hasil penelitian di kampus untuk diterapkan di
lapangan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
“Saya mewakili Pak
Bupati mengapresiasi program KHDTK yang dikelola oleh UGM di wilayah
Blora Selatan ini. Hal ini sejalan dengan visi misi Bupati dan Wakil
Bupati 2016-2021 yang ingin fokus melaksanakan pembangunan di Blora
Selatan. Dengan adanya KHDTK yang dikelola UGM ini nantinya
diharapkan bisa mendukung percepatan pembangunan kesejahteraan
masyarakat desa hutan di wilayah Kradenan, Randublatung dan Jati yang
selama ini dikenal sebagai kantong-kantong kemiskinan karena letaknya
di dalam hutan,” ucap Arief Rohman.
Arief Rohman
menyampaikan bahwa Pemkab Blora berkeinginan membuka akses jalan
Blora-Ngawi melalu Getas-Banjarejo. Tahun ini menurutnya akan ada
perbaikan jalan di ruas Blora-Randublatung dan Randublatung-Getas.
Begitu juga untuk ruas Getas-Nglebak, dan Getas-Tlogotuwung-Gempol
hingga Bagkleyan yang dananya mencapai Rp 5,5 miliar.
Tidak sampai disitu
saja, Wabup yang juga mantan anggota DPRD Jawa Tengah ini kedepan
akan mengundang tim UGM untuk datang ke Kantor Bupati guna
mensosialisasikan program KHDTK tersebut di depan Bupati sehingga
bisa diselaraskan dengan program pembangunan Pemkab Blora.
Setelah mengikuti
sosialisasi, ia melanjutkan kunjungannya di perbatasan Kabupaten
Blora-Ngawi dengan melintasi jalan Getas-Banjarejo. Menurutnya jalan
tersebut akan memiliki peran vital sebagai jalur penghubung ekonomi
dua wilayah. Perlu kerjasama yang baik antara Pemkab Blora dan Ngawi. (Humas | ip-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar