![]() |
Adi Wibowo, salah satu seniman Barongan Blora yang menginginkan agar Pemkab menggelar panggung budaya rutin bulanan untuk pelestarian kesenian Blora. (foto: dok-pri) |
Seperti
yang dikemukakan Ketua Paguyuban Kelompok Seni Barongan se Kabupaten Blora, Adi
Wibowo pada saat ditemui tim Info Blora kemarin, bahwa dirinya menginginkan ada
sebuah panggung terbuka khusus untuk menampilkan potensi seniman-seniman
pambarong dengan penjadwalan rutin setiap bulan.
“Barongan
sudah menjadi ikon seni budaya di Kabupaten Blora. Ada ratusan paguyuban seni
barongan yang hingga saat ini masih aktif baik di perkotaan hingga pedesaan.
Sudah saatnya Pemkab memberikan wadah bagi mereka untuk tampil mengasah
kemampuan dalam sebuah panggung budaya,” ucap Adi Wibowo.
Menurutnya
hal ini juga sebagai wujud dukungan pemerintah daerah dalam melestarikan seni
budaya barongan agar kedepan bisa lebih maju dan berdampak pada peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata budaya.
Ia
mencontohkan dalam setahun belakangan ini dunia seni pewayangan di Kabupaten
Blora lewat Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) dan didukung Dinas
Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) telah
berhasil menunjukkan kemampuannya untuk tampil secara rutin sebulan sekali
setiap malam Jumat Pon untuk menghibur warga Blora yang tujuan utamanya juga
sebagai wadah pelestarian potensi budaya.
“Masak
seni barongan yang jumlahnya hingga ratusan grup, kalah dengan pewayangan yang
jumlah dalangnya di Kabupaten Blora tidak sebanyak barongan. Semoga Pemkab
merespon keinginan para seniman barongan Blora ini. Kalau menunggu event
tahunan seperti Festival Barong Nusantara itu terlalu lama,” lanjut Didik,
sapaan akrab Adi Wibowo yang juga pemilik sanggar barongan Risang Guntur Seto
ini.
![]() |
Anak-anak muda bersemangat berlatih barongan Blora. Mereka butuh wadah untuk latihan tampil seperti layaknya sebuah panggung budaya. (foto: dok-pri) |
“Kalau
ditanya tentang antusias penonton, saya jamin akan lebih meriah dan lebih ramai
panggung budaya tentang seni barongan. Blora bisa dikenal sebagai Kota Barongan
seperti halnya Ponorogo yang kini tenar sebagai Kota Reyog,” ungkapnya.
Sekedar
diketahui, awalnya Ponorogo bisa menjadi Kota Reyog yang kini dikenal dunia
karena Pemkab setempat sangat mendukung pelestarian seni budaya. Setiap sebulan
sekali bertepatan dengan malam bulan purnama, para seniman reyog tampil dalam
sebuah panggung terbuka, berlatih bersama secara bergantian dari berbagai
daerah yang ada di Ponorogo.
“Puncaknya
setiap bulan Muharram di Ponorogo digelar Grebeg Suro dimeriahkan dengan
Festival Reyog Nasional yang memperebutkan Piala Presiden. Disini semua
paguyuban reyog tampil maksimal sehingga banyak investor yang berminat turut
serta mensukseskan acara hingga menyedot ratusan ribu pengunjung di Alun-alun
setempat. Otomatis PAD daerah juga naik dari sektor penginapan hotel, parkir
penonton, penjualan souvenir dll,” bebernya.
“Semoga
Blora bisa meniru Ponorogo, bahkan saya yakin bisa melebihi Ponorogo asal
dukungan Pemerintah Kabupaten benar-benar mau untuk mendukung pengembangan
potensi seni budaya ini. Kami para seniman siap mensukseskannya,” pungkasnya.
(tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar