Home » , » Sejarah Goa Sentono, Wisata Alam Ujung Selatan Blora di Tepi Bengawan Solo

Sejarah Goa Sentono, Wisata Alam Ujung Selatan Blora di Tepi Bengawan Solo

infoblora.id on 21 Jan 2016 | 09.30

Kawasan Goa Sentono di Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan Blora. (foto: tio-infoblora)
BLORA. Keindahan dan keunikan Goa Sentono yang berada di kawasan lembah Bengawan Solo Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan Blora menimbulkan rasa keingintahuan tim Info Blora untuk menelusuri sejarah terjadinya goa yang hingga saat ini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Berdasarkan beberapa cerita warga Dukuh Sentono Desa Mendenrejo, dipercaya pada zaman dahulu tersebutlah kisah ada suatu padepokan kecil yang bernama “Sentono” dibawah pimpinan Ki Blacak Ngilo. Blacak Ngilo adalah bekas prajurit Majapahit yang melarikan diri disaat terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan atau perang paregreg.

Tari (50) salah satu warga Dukuh Sentono menjelaskan bahwa pada mulanya padepokan yang dipimpin Blacak Ngilo ini sangat termasyur, sehingga banyak orang berbondong-bondong ke Sentono untuk nyantrik dan berguru ke Blacak Ngilo.

“Dengan arif dan bijaksana Blacak Ngilo mengajarkan berbagai macam ilmu, mulai dari cara bercocok tanam,budi pekerti, spiritual dan olah kanuragan. Banyak yang tertarik dan bersimpati terhadap Blacak Ngilo,” beber Tari.

Mulut Goa Sentono menghadap sungai Bengawan Solo. (foto: tio-infoblora)
Daerah Sentono sendiri terletak di tepi aliran Bengawan Solo, sehingga strategis untuk pertanian. Tak mengherankan jika Sentono dan sekitarnya mengalami perkembangan yang luar biasa hebat. Bahkan Blacak Ngilo oleh para pengikutnya diperlakukan bak seorang Raja.

“Namun lama-kelamaan sifat Blacak Ngilo mulai berubah. Dia mulai sewenang-wenang terhadap para pengikutnya. Masyarakat diharuskan untuk menyetorkan separoh lebih dari hasil panennya. Tak hanya itu, dia juga memerintahkan kepada seluruh rakyatnya yang mempunyai anak perawan agar dipersembahkan untuk di jadikan selirnya. Rakyat mulai resah, apalagi setiap malam bulan Purnama harus disediakan darah segar manusia untuk di jadikan tumbal untuk menambah kesaktiannya. Sehingga perlawanan pun mulai terjadi,” lanjut Tari sembari ngobrol santai di kawasan Goa Sentono, sore kemarin.

Menurutnya, keresahan masyarakat disaat itu sampai terdengar oleh Sunan Bonang. Kemudian Sunan Bonang yang berada di pesisir utara Jawa mengutus salah seorang santrinya untuk menemui Blacak Ngilo di Sentono yang intinya mengingatkan agar tidak lagi sewenang-wenang terhadap rakyatnya, jangan menyembah berhala dan mengikut ajaran Islam dengan lurus dan benar.

“Mendengar perkataan utusan tadi, Blacak Ngilo murka, ditebasnya leher utusan Sunan Bonang sampai putus. Tempat pemenggalan leher utusan Sunan Bonang ini sampai sekarang di abadikan menjadi sebuah desa bernama Pangulu, berasal dari kata Penggal Gulu (Penggal Leher), desa yang berada di seberang Bengawan Solo dari Goa Sentono, masuk wilayah Kec. Margomulyo, Kab.Bojonegoro, Jatim,” lanjut Tari.

Merasa di remehkan, kemudian Blacak Ngilo tidak terima, dia mengirimkan surat tantangan kepada Sunan Bonang agar datang berhadapan dengan dirinya untuk adu kesaktian. Sunan Bonang menyanggupinya, tetapi Sunan Bonang minta beberapa syarat, apabila Sunan Bonang kalah dalam pertarungan, beliau rela menjadi pengikut Blacak Ngilo , dan sebaliknya apabila Blacak Ngilo yang kalah, Blacak Ngilo harus meninggalkan semua perbuatan-perbuatan buruknya dan harus masuk Islam. Kedua belah pihakpun menyetujui perjanjian tersebut.

Sungai Bengawan Solo yang berada persis di depan mulut Goa Sentono. (foto: tio-infoblora)
“Mulai saat itulah pertarungan hebat dimulai oleh keduanya,” ucap Tari.

Karena sama-sama saktinya, hari pertama, hari kedua bahkan sampai kari keenam belum terlihat siapa yang kalah dan siapa yang menang. Pada hari ketujuh Blacak Ngilo mulai kelelahan. Tapi karena kesombongannya dia tidak mau mengakui kehebatan Sunan Bonang.

Timbullah akal licik Blacak Ngilo untuk melarikan diri dari gelanggang pertarungan. Dengan sisa-sisa kesaktiannya, maka masuklah Blacak Ngilo kedalam perut bumi untuk melarikan diri. Sunan Bonangpun tidak mau kalah, dikejarnya Blacak Ngilo ke dalam perut bumi, akhirnya terjadi kejar-kejaran di dalam tanah. Setiap kali Ki Sentono atau Blacak Ngilo muncul di permukaan tanah, di situ juga sunan Bonang ada di belakangnya. Bahkan lari ke daerah Tuban (Jawa Timur) pun, Sunan Bonang juga ikut muncul di Tuban.

Karena kelelahan Blacak Ngilo minta kepada Sunan Bonang untuk minta waktu untuk istirahat. Dikabulkannya permohonan Blacak Ngilo. Tidak menyia-nyiakan waktu, Blacak Ngilo mencari tempat untuk “semende” (bersandar). Tempat semendenya Blacak Ngilo inilah kemudian lahir nama Desa Mendenrejo yang berasal dari kata semende atau senden.

Akhirnya Blacak Ngilo mengakui kekalahannya, dan bersedia masuk Islam menjadi pengikut Sunan Bonang untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Menden. Lubang-lubang dalam tanah bekas untuk kejar-kejaran antara Sunan Bonang dan Blacak Ngilo meninggalkan bekas berupa Goa. Goa inilah yang kemudian dinamakan Goa Sentono. Dan wilayah di sekitar goa dinamakan Dukuh Sentono, yang secara administratif masuk wilayah Desa Mendenrejo Kec.Kradenan Kab. Blora.

“Begitulah mas sejarah singkat terjadinya Desa Mendenrejo dan Goa Sentono yang masih diingat oleh penduduk sekitar. Tapi di masyarakat sini juga banyak versi cerita yang beredar,” tegas Tari.

Versi lain menyebutkan kalau Desa Mendenrejo berasal dari Sunan Ngudung anak dari Sunan Gresik. Cerita bermula saat Sunan Ngudung perang dengan Malin Kentiri, karena Sunan Ngudung kelelahan, kemudian Semendhe/Sendhen di pohon cempolo yang dibawahnya ada batu rambut, kemudian lahir desa Menden.

(baca juga : Goa Sentono, Wisata Alam Perbukitan Karst Kradenan di Lembah Bengawan Solo)

Sedangkan versi lain tentang terjadinya Desa Pangulu, bahkan Desa Pangulu tidak ada hubungannya dengan Sentono. Konon Desa Pangulu dulu bernama Jipangulu yang artinya Jipang Hulu (atas). Jipangulu berhubungan erat  dengan cerita Jipang Panolan, kerajaan yg di pimpin Arya Penangsang. (wj | tio-infoblora)
Share this article :

2 komentar:

goasentono mengatakan...

Itu cerita saya olah berdasarkan cerita/dongeng dari Ibu saya Min, kmudian aku tulis dlm bentuk cerita, sebenarnya campur fiksi2 jg cuma alur cerita memang menceritakan tentang 2 tokoh sakti antara Blacak Ngilo dan Sunan Bonang.
http://goasentono.blogspot.co.id/2012/01/asal-usul-terjadinya-goa-sentono-desa.html

Unknown mengatakan...

Pas waktu saya smp guru ngaji saya bercerita kalau Blacak Ngilu dkejar2 sama S.Bonang karena ingin dikhitan,pas keluar dr perut bumi(daerah Tuban)blacak ngilu tnpa sengaja menendang pedagang sayur lontong.dst (lali).


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved