![]() |
Petugas Satpol PP Blora saat merazia seorang gelandangan. (foto: gr-ib) |
Kepala Satpol PP Blora Sri Handoko mengatakan
bahwa pihaknya sudah sering melakukan operasi penertiban pengemis, gelandangan
dan orang terlantar (PGOT). Namun tidak lama setelah ditertibkan, kerap mereka
datang kembali di Kota Blora sehingga menimbulkan situasi kota yang tidak
nyaman.
“Petugas Satpol PP sering melakukan operasi
PGOT di sejumlah kawasan seperti Alun-alun, Pasar, Taman Mustika, GOR dll.
Namun setelah ditertibkan, justru muncul PGOT yang baru lagi,” kata Sri
Handoko, Senin (18/1).
Menurutnya, setelah dilakukan penertiban,
para PGOT akan didata apakah masih memiliki keluarga atau benar-benar
gelandangan tanpa memiliki rumah. Jika masih memiliki keluarga, mereka akan
dipulangkan diserahkan kembali ke keluarganya, sedangkan yang tidak akan
ditempatkan di panti sosial yang berada di Desa Ngampel Kecamatan Blora Kota.
Sri Handoko mengatakan bahwa hingga saat ini
kondisi panti sosial yang ada di Desa Ngampel sudah tidak memungkinkan untuk
menampung semua gelandangan. “Disana sudah penuh dengan dihuni para tuna wisma.
Padahal sesuai undang-undang para gelandangan wajib dipelihara oleh negara.
Saya harap pemerintah bisa menyediakan lokasi penampungan PGOT yang memadai dan
dilengkapi dengan pengasuh yang mumpuni,” harap Sri Handoko.
Ia curiga, banyaknya gelandangan baru yang
muncul di Kota Blora merupakan buangan dari beberapa kota di sekitar Kabupaten
Blora. Kedepan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Satpol PP di beberapa
kabupaten tetangga tentang penanganan PGOT.
“PGOT itu juga manusia yang harus
diperlakukan secara manusiawi. Jangan main tangkap lalu dibuang ke kota lain.
Seharusnya mereka ditampung, dirawat, serta diberikan pembinaan agar dapat
hidup lebih layak. Peran dinas sosial sangat diperlukan untuk masalah ini,”
pungkasnya. (rs-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar