Lokasi penemuan fosil gading gajah purba hanya ditinggal begitu saja tanpa ada penataan. Padahal dimungkinkan kawasan ini masih menyimpan banyak fosil hewan purba lainnya. (foto: tio-infoblora) |
Saat replika fosil Gajah Purba Blora dibangunkan semacam museum
mini di depan Pendopo Kabupaten, Jl.Alun-alun Utara Kota Blora. Namun
sebaliknya keadaan lokasi penemuan fosil tersebut tidak tersentuh penataan dan
terkesan dibiarkan.
Kemarin, ketika tim Info Blora mencoba mendatangi lokasi penemuan
fosil yang digadang-gadang sebagai penemuan fosil gajah purba terlengkap di
Indonesia ini, ternyata keadaannya jauh dari kata layak. Padahal lokasi
tersebut sering dijadikan objek penelitian para ahli kepurbakalaan dari
Yogyakarta dan Bandung.
Akses jalan untuk menuju lokasi penemuan fosil masih jelek karena
melintasi parit tepi sawah pinggiran Sungai Bengawan Solo. Alternatif jalan
lainnya harus melewati jalan setapak tengah area pemakaman umum warga Dukuh
Sunggun.
Ariyanto (27) salah satu warga Randublatung yang peduli dengan
dunia wisata dan kebudayaan, saat berada di lokasi tersebut mengungkapkan bahwa
sejak ditemukannya fosil gajah purba hingga saat ini tidak ada tanda-tanda
penataan atau perawatan kawasan oleh pemerintah daerah.
“Harusnya kawasan ini dilindungi dan ditata untuk pusat studi
kepurbakalaan. Karena dimungkinkan masih ada banyak fosil-fosil binatang purba
lainnya di tempat ini. Apalagi dahulunya daerah ini adalah lembah subur sungai
Bengawan Solo yang menjadi pusat kehidupan hewan zaman purba,” ucap Ariyanto.
Senada dengan Ariyanto, hal yang sama diungkapkan Andi (34) warga
Desa Mendenrejo yang berjarak hanya 2 km dari Desa Medalem. Menurutnya di
lokasi penemuan fosil gajah purba perlu ditata dan diberikan papan nama sebagai
lokasi situs kepurbakalaan yang sangat penting.
“Lokasi ini merupakan potensi kekayaan purbakala Kabupaten Blora
untuk menggali bukti-bukti kehidupan masa lampau, jangan sampai dibiarkan
rusak. Beberapa bulan lalu justru ada penambangan tanah di sekitar sini yang
bisa mengancam lokasi penemuan fosil gajah purba. Hanya saja kini telah
dihentikan,” jelas Andi.
Ia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait bisa mengelola
lokasi penemuan fosil gajah purba sebagai pusat studi kepurbakalaan. Lahan
penemuan yang masih berstatus milik warga bisa dibeli pemerintah, sehingga
kelangsungan kawasan purbakala ini akan bisa dikontrol dan dijaga.
(tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar