![]() |
Tim PSLH UGM memaparkan hasil penelitian pencemaran Waduk Bentolo di Kantor Setda Kabupaten Blora. (foto: teg-ib) |
Setelah Pemkab
Blora menggandeng Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM Yogyakarta untuk
melakukan penelitian beberapa bulan lalu, hasilnya Kamis (14/1) kemarin
dipaparkan di hadapan Penjabat (Pj) Bupati Blora bersama perwakilan dinas
terkait dan masyarakat sekitar Waduk Bentolo.
Didepan
Pj.Bupati, tim PSLH UGM yang diwakili oleh Doni Prakarsa Eka Putra menerangkan
bahwa perlunya dilakukan penelitian terhadap kondisi air Waduk Bentolo karena PDAM
dan irigasi pertanian di wilayah sekitar waduk memerlukan pasokan air yang
bersih dan sehat, dalam artian tidak tercemar zat yang membahayakan.
Menurut Doni,
pada Agustus 2015 lalu pihaknya bersama tim PSLH UGM telah mengambil sampel air
untuk diteliti. Saat itu air keadaannya berwarna hitam, berbau menyengat dan
organisme yang ada di dalam waduk mati karena kualitas air yang buruk.
Berdasarkan
hasil penelitian dari PSLH UGM Yogyakarta, setelah dilakukan kegiatan
pengamatan geologi dan hidrogeologi lapangan, evaluasi data sekunder dan data
primer, serta sintesa pada penelitian tersebut. Ditarik kesimpulan bahwa secara
hedrogeologi daerah di sekitar Waduk Bentolo tersusun tiga sistem air tanah.
Yaitu sistem
air tanah dangkal, sistem air tanah menengah (pencampuran) dan sistem air
tanah dalam. Waduk Bentolo dan Goa Banyu berada pada sistem air tanah dangkal. Keduanya
memiliki hubungan melalui rongga dan rekahan di bawah permukaan.
“Pada sistem
air tanah yang sama sumber air dari Sendang Putri yang ada di Desa Tinapan tidak
memiliki koneksi hidrolika dengan Waduk Bentolo dan Goa Banyu sehingga air dari
sendang putri tidak tercemar,” ungkapnya.
Doni
melanjutkan bahwa parameter kandungan kimia air yang bertindak sebagai
kontaminan/pencemar penurunan kualitas air Waduk Bentolo yaitu BOD, COD, logam
berat seperti Timbal (Pb), Seng (Zn), Kadmium (C4) serta zat organik. Kandungan
zat organik yang tinggi menyebabkan air berbau menyengat.
“Adanya
penurunan kualitas air Waduk Bentolo disebabkan oleh limbah padat coal (abu batubara) dan
blonthong tebu hasil dari sisa produksi Pabrik Gula PT.Gendhis Multi Manis
(GMM) yang diletakkan langsung di tanah (open dumping) sehingga
kurang tertata dengan baik,” jelasnya.
Pihaknya juga
mengakui faktor geologi daerah Tinapan dan sekitarnya yang memiliki banyak
struktur geologi, rongga dan rekahan yang saling berpotongan menyebabkan air
lindi (air hasil interaksi air hujan dengan limbah padat menyerap ke tanah).
“Banyaknya
celah dan rongga membuat air yang masuk kedalam tanah meresap melalui
celah-celah tanah tersebut sehingga masuk ke Waduk Bentolo,” papar Doni.
Dirinya
berharap kedepan PT.GMM bersedia memperbaiki sistem produksi dan pengolahan
limbah padat yang ada sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
(baca juga: Pabrik Gula GMM Berjanji Perbaiki Pengolahan Limbah Agar Tak Cemari Bentolo)
(baca juga: Pabrik Gula GMM Berjanji Perbaiki Pengolahan Limbah Agar Tak Cemari Bentolo)
Hadir dalam
acara tersebut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sri Wahyudini, Kepala Dinas Pertanian
Perkebunan Peternakan dan Perikanan (Dintanbunakikan) Reni Miharti, Dirut PDAM
Tirta Amerta Blora, PT.GMM, serta perwakilan masyarakat dan beberapa tokoh LSM
Lingkungan. (teg/tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar