Home » , » Para Pedagang Hewan Bersikukuh Menolak Rencana Pemindahan Pasar Pon Blora

Para Pedagang Hewan Bersikukuh Menolak Rencana Pemindahan Pasar Pon Blora

infoblora.id on 3 Jun 2014 | 06.30

Para pedagang hewan di Pasar Pon Blora enggan dipindah. (rs-infoblora)
BLORA. Wacana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora yang akan memindahkan lokasi Pasar Pon Blora dari tempat lama (Kelurahan Tegalgunung) ke lokasi baru kembali menuai kegalauan para pedagang yang sudah terbiasa mangkal di lokasi pasar hewan tersebut. 

Sejumlah pedagang bersikukuh enggan untuk di pindah dengan beberapa alasan. “Dulu kabarnya akan di pindah di Jiken, tidak mau, sebab jaraknya terlalu jauh, transportasi juga bertambah, sebaiknya di sini saja,” kata Parno (41), salah seorang pedagang kambing asal Dukuh Sasak, Desa Buluroto Kecamatan Banjarejo, Senin sore (02/06) kemarin.

Selain harus menambah anggaran tranportasi, kata dia, dagangan hewan kambing yang dibawa belum tentu laku semua, sehingga butuh biaya dobel untuk perawatan di perjalanan.

Pedagang lainnya, Sukis (50), menyatakan hal yang sama, yakni keberatan jika lokasi Pasar Pon dipindah, sebab letak lokasi pasar lama sudah cocok dan representatif  untuk transaksi jual beli hewan.

“Sebaiknya tidak usah dipindah, sebab keberadaannya di Kelurahan Tegalgunung sudah lama dan sudah menjadi kebiasaan sejak saya menjadi blantik sapi,” kata pedagang sapi asal Desa Bacem  Kecamatan Jepon itu.   

Meski jarak rumahnya dengan bakal lokasi baru di wilayah Jiken hampir sama dengan lokasi yang lama, kata dia, namun lokasi baru tidak menjamin lebih baik dari sebelumnya.

“Seperti saya ini kan blantik sapi kecil, jadi ikut saja apa yang menjadi keputusan pemerintah, asal kami semua tidak dirugikan,” katanya.

Penolakan tegas juga dilakukan oleh Ibu Kabul, sebab wanita paruh baya pedagang kuliner lontong tahu itu mengaku sudah lebih dua puluh tahun menjajakan makanan khas Blora setiap hari pasaran pon.

“Emoh, yen dipindah mboten setuju, ragate kathah, jarake ugi tebih, sekeca wonten mriki mawon, (Ogah, tidak setuju dipindah, sebab biayanya banyak, jaraknya jauh-Red) ,” kata wanita pedagang kuliner lontong tahu asal Kelurahan Kunden itu.

Pada kesempatan yang saman, Nanik Sri Wahyuni (35) salah seorang pengamat lingkungan asal Kelurahan Mlangsen, mengemukakan, pemindahan lokasi pasar hewan ke wilayah kecamatan lain harus dikaji ulang, terutama lokasi parkir kendaraan pengangkut hewan yang keluar masuk, sehingga tidak menimbulkan resiko kemacetan arus lalulintas.

“Misalnya di pindah setuju saja, tapi harus dikaji ulang, jangan sampai menimbulkan kemacetan yang riskan kecelakaan,” ujarnya.

Informasi yang dihimpun, pada tahun lalu Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop UMKM) Blora, yang saat itu dijabat oleh Gunadi, S.Sos, MM pernah mewacanakan pemindahan Pasar Pon dengan tujuan penataan pasar di Blora.

Saat itu, menurutnya, pedagang sayur mayur yang selama ini berjualan di pasar rel akan dipindah ke lokasi pasar hewan Pon. Sementara pasar induk Blora direncanakan untuk pasar kering atau non sayur mayur.

"Ke depan memang ada rencana pemindahan Pasar Hewan Pon. Namun itu masih perlu kajian dan pembahasan lebih lanjut," ujar Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop UMKM) Blora, Gunadi, Rabu (13/06) setahun lalu.

Diperoleh keterangan lain, wacana pemindahan pasar pon sudah muncul sejak lama. Yakni ketika Blora dipimpin Bupati Basuki Widodo di awal tahun 2000-an. Bahkan ketika itu telah disiapkan lahan untuk lokasi pasar hewan di Kecamatan Jiken. 

Pemkab Blora pun telah membangun tembok pagar di lokasi baru pasar hewan yang terletak bersebelahan dengan gudang koperasi Wargo Tani Makmur. Gudang tersebut selama ini dipakai Mobil Cepu Limited (MCL) untuk menyimpan peralatan pertambangan minyak dan gas. Namun wacana pemindahan pasar pun urung dilaksanakan.

Hingga kini saat disebut-sebut akan dipindahkan, para pedagang pasar pon Blora, merasa gerah dan ogah. Pasar pon Blora merupakan salah satu pemasok pendapatan daerah melalui retribusi pedagang hewan. Meski dulu terkenal juga sebagai tempat prostitusi, namun sitiran itu sudah lama hilang pasca direlokasinya barak dan PSK ke wilayah Kampung Baru, Jepon beberapa tahun silam. (rs-infoblora | DPPKKI BLORA).          
 
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved