![]() |
Pabrik Gula (PG) Blora meski telah diresmikan (4/6) lalu, namun belum bisa menyerap tebu hasil panen petani lokal Blora. (rs-infoblora) |
BLORA. PT Gendhis Multi Manis (GMM) yang
mengelola Pabrik Gula (PG) Blora, berjanji akan menerima tebu milik
petani pada akhir Juni 2014 nanti. Hal itu dilakukan, karena masih ada
permasalahan pada mesin giling. Sehingga, berdampak pada belum bisa
menerima tebu dari petani.
”Sampai saat ini, kami masih proses penyelesaian untuk optimalkan
mesin giling tebu supaya lancar. Mudah-mudahan, akhir Juni ini sudah
bisa digunakan,” kata Humas PT GMM Wahyu Agus Siswoyo, Selasa (10/6) kemarin.
Menurut Wahyu, jika sudah selesai, maka perusahaan mulai menerima
tebu petani untuk digiling. Ia juga menjamin, pemberian rendemen gula
minimal delapan persen pada petani yang menjual tebunya tetap
diberlakukan. Jaminan itu diberikan, untuk membantu petani mendapat
keuntungan yang bagus.
”Sistem bagi hasil yang diberikan kami berikan pada petani adalah 70:30. Yakni, 70 persen untuk petani, dan pabrik mendapat 30 persen,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Anton Sudibyo menyatakan, PT GMM sudah berjanji dan akan memberikan komitmen pada petani tebu di Blora. Bahkan, jika ada petani tebu dari luar Blora yang akan memasok tebu ke PT GMM, harus melalui petani Blora.
”Saya rasa, PT GMM tidak akan ingkar dengan semua komitmennya itu. Ini yang menjadikan petani tebu di Blora seperti mendapat angin segar,” ucapnya.
Terkait dengan belum diterimanya hasil panen tebu petani, tambahnya,
dimungkinkan memang masih ada yang harus dibenahi di pabrik. Kemungkinan
adalah karena mesin gilingnya belum siap.
Diketahui, para petani tebu di Blora merasa kecewa dengan PT GMM yang
belum bisa menerima tebu milik petani. Akibatnya, tebu milik petani
yang sudah terlanjur dipanen, harus dijual ke luar daerah. Di antaranya,
dijual ke pabrik gula di wilayah Jawa Timur.
Padahal, dengan dikirim ke
luar wilayah Blora, petani mengeluarkan biaya transportasi yang lebih
besar. Selain itu, petani hanya menerima rendemen tujuh persen saja. (rs-infoblora | Aries-murianews)
0 komentar:
Posting Komentar