![]() |
Gas buang sumur RBT II menimbulkan suara bising dan bau menyengat |
BLORA. Pelaksanaan uji coba produksi sumur gas Randublatung (RBT) 2 di Desa
Sumber, Kecamatan Kradenan, Blora sudah mulai
dilakukan. Selama uji coba produksi sumur gas yang akan disuplai ke Central Processing Plan (CPP) Area Gundih ini menimbulkan kebisingan suara.
Kendati
demikian pihak operator Blok Gundih, PT Pertamina Eksplorasi dan
Produksi (EP) Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) sudah melaksanakan
sosialisasi sebelumnya. Sehingga, warga menyadari kondisi kebisingan
yang ditimbulkan pelaksanaan kegiatan Miags tersebut.
Kepala Desa
Sumber, Zaki Bachroni, Kamis (8/4/2014) kemarin,
mengatakan pada dasarnya desa maupun warga tidak mempersalahkan adanya
pelaksanaan uji produksi sumur RBT 2 tersebut asalkan tetap menghormati
kepentingan warga sekitar lokasi.
"Pelaksanaan uji produksi
sampai dijadwalkan jam 22.00 WIB. Warga meminta pada saat masuk waktu
sholat Magrib dan Isya atau menjelang pukul 17.30 - 19.30 WIB,
diharapkan tidak ada pembakaran," jelasnya.
Terkait kompensasi
yang diminta oleh warga sekitar lokasi sumur gas tersebut, Zaki
mengatakan, akan dikomunikasikan lebih lanjut dalam hal ini pihak
Pertamina bekerja sama dengan pemerintahan desa.
"Kalau
permintaan tidak terlalu macam-macam, seperti kesepakatan waktu
sosialisasi. Salah satunya antisipasi kebisingan suara yang
ditimbulkan," ungkapnya.
"Warga meminta disiapin masker. Kita sampaikan
ke pihak Pertamina dan sudah disiapkan yang langsung dibagi ke warga
melalui Ketua RT. Sementara untuk alat penutup telinga belum dikasih,
namun tadi sudah kita sampaikan ke Humas Pertamina," imbuh Zaki.
Sementara
itu, Humas PT Pertamina EP PPGJ, Yuliani, berharap dengan
dilaksanakannya uji coba produksi sumur RBT 2 ini bisa segera disuplai
ke CPP Gundih. "Harapan kita uji produksi di RBT 2 ini sama dengan
sumur-sunur gas lain, dan menghasilkan gas," katanya.
Terkait
permintaan kompensasi kebisingan suara tersebut, Yuliani mengatakan,
akan diberikan kalau pada saat tes produksi saat ini ada data yang
membuktikan kalau suara yang ke luar di atas rata-rata batas normal
telinga manusia. "Wujud kompensasinya nanti tergantung kesepakatannya.
Kita akan cek kondisi lapangannya," ujarnya. (rs-infoblora | ali-suarabanyuurip)
Smoga warga blora bukan orang yg keterlaluan & memanfaatkan situasi adanya suara gas.
BalasHapusSuara gas ini tidak lebih keras dari suara mesin selep padi yang biasa keliling desa.
Klo mau tuntut itu knapa harga LPG 3kg sampe 20 rb.
Wong yang produksi gas randublatung/kradenan kok warga blora dipersulit dapat LPG 3kg.
OKEE boss