![]() |
Indra bersama Mbah Lasio dan Mbah Poso generasi ke 4 Samin Surosentiko |
BLORA. Selama ini masih banyak kita jumpai masyarakat Kabupaten Blora yang apatis
terhadap keberadaan suku Samin. Padahal, ajaran Samin sendiri sangat mulia dan
harus dilestarikan serta dijaga keasliannya.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi Indra Bagus Kurniawan. Ia yang menjabat sebagai
Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) SMA Negeri 1 Blora justru bangga dengan Samin.
Baginya, keunikan Samin harus dilestarikan. “Banyak masyarakat Blora
yang apatis dan tidak tahu tentang kemuliaan ajaran Samin,” tuturnya.
Menurut Indra, jika ada kata “Samin”, maka konotasi masyarakat sudah negatif. “Halah, wong kok nyamin,” tuturnya. Jika ada orang bisa Nyamin (seperti Samin), maka sudah diartikan negatif bahkan mendekati gila.
Padahal menurut Indra yang tak lama ini mengadakan penelitian di
tempat masyarakat Samin, menyatakan bahwa ajaran Samin itu sangat mulia.
Menurutnya, ajaran Samin itu menempatkan agama sebagai pegangan hidup di
dunia.
“Masyarakat Samin juga tidak pernah membeda-bedakan agama,
karena mereka meyakini semua orang itu baik,” tutur Indra.
Di sisi lain, Saminisme juga mengajarkan untuk tidak mengganggu
manusia, melarang bertengkar, iri hati dan melarang mencuri. “Saminisme
juga berpesan agar kita sabar dan tidak sombong,” tutur Indra.
Saat kunjungan di tempat warga Samin di sekitar Padepokan Samin Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Blora, Indra juga menemukan banyak hal
saat wawancara kepada Mbah Lasio (58 tahun) dan Mbah Poso (53 tahun).
“Mereka adalah generasi keempat dari Mbah Samin Surosentiko,” jelas
Indra saat ditemui Kamis (15/5/2014).
Saat bertemu Mbah Lasio dan Poso, ada beberapa pesan yang dituturkannya. Seduluran, ora seneng kemungsuran, ora seneng rewang, ojo ngrendah liyan, eling sing kuwoso. Artinya, manusia harus suka kebersamaan atau kekeluargaan (seduluran), tidak suka bermusuhan (kemungsuran), tidak memihak atau netral (ora seneng rewang), tidak suka menghina dan merendahkan (ojo ngrendah liyan), dan ingat Tuhan (eling sing kuwoso).
“Bahasa masyarakat Samin agak sulit dicerna, maka jika kita wawancara kepada bukan Samin asli bisa salah paham,” ungkap Indra. (rs-infoblora | Hamidullah HarianJateng)
Smoga ajaran samin bisa memberi sumbangan perbaikan mental masyarakat yang sakit dengan uang suap pemilu.
BalasHapusUntuk langkah pertama apa msh ada suap pemilu kmrn diklopoduwur??
Bukan cuman semboyan/omongan aja.
Setelah ok di klopoduwur baru sebarkan keluar desa.
Salam buat mbah lasio dkk generasi samin surosentiko, dari relawan samin sawahlunto sumatera barat.Tahun ini 100 thn wafatnya samin surosentiko di sawahlunto. Adakah yg ingin ke sawahlunto....
BalasHapus