Home » , » Anomali Cuaca : Jawa Tengah Alami Kemarau Basah Sepanjang Tahun 2013, Termasuk Blora

Anomali Cuaca : Jawa Tengah Alami Kemarau Basah Sepanjang Tahun 2013, Termasuk Blora

infoblora.id on 1 Jul 2013 | 19.33

Gambar ilustrasi gangguan perubahan cuaca
SEMARANG. Anomali (perubahan) cuaca tahun ini (2013 -red) kembali mengancam di sebagian wilayah di Jawa Tengah. Para pengamat cuaca dan iklim menyimpulkan, curah hujan dan musim kemarau akan cenderung basah. Hal itu disebabkan karena suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia naik, sehingga menimbulkan hujan saat musim kemarau atau kemarau basah.

Suhu permukaan laut yang hangat berpotensi memunculkan penguapan, sehingga menjadi awan kemudian turun hujan. Suhu meningkat antara 0,5-2 derajat celsius dari kondisi normal sebesar 28,5- 29,5 derajat celsius.

Maret hingga Juni biasanya curah hujan sangat kecil di wilayah Jawa karena sudah masuk musim kemarau. Namun, yang terjadi belakangan ini, sepanjang Mei hingga pertengahan Juni 2013, hampir setiap hari wilayah Jawa diguyur hujan lebat.

Bahkan, hujan deras berjam-jam yang mengguyur Kota Semarang dan sekitarnya pada 16 Juni 2013 malam menyebabkan sejumlah kawasan di Ibu Kota Jawa Tengah ini kebanjiran.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan curah hujan di masa yang seharusnya kemarau ini bakal berlangsung hingga Agustus 2013.

Sejumlah kalangan terutama dari para forecaster cuaca mengkhawatirkan terjadinya penyimpangan (anomali) cuaca akhir-akhir ini, dampaknya akan sama dengan yang pernah terjadi di tahun 2010 lalu.

"Meski sama dampaknya tapi penyebabnya berbeda. Karena pada tahun 2010 disebabkan adanya pengaruh El Nino dan La Lina, tapi tahun ini karena adanya suhu permukaan laut yang hangat," kata Reni Kraningtyas, Kepala Seksi Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, Stasiun Klimatologi Kelas II, Semarang, Jumat (14/6) lalu.

"Bahkan bulan Juli nanti kemungkinan di seluruh wilayah Jateng akan diguyur hujan merata, namun memang ada daerah-daerah yang tidak mengalami musim kemarau yaitu daerah di sekitar pegunungan Slamet," katanya.

Anomali Tahun 2010-2012
Tahun 2010, musim kemarau mundur satu tahun penuh sehingga tidak ada musim kemarau. Hal tersebut terjadi karena ada pengaruh sirkulasi air laut yang hangat sepanjang tahun dan pengaruh La Nina. Fenomena La Nina menyebabkan curah hujan bertambah, bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan tersebut sangat tergantung dari intensitas La Nina.

Selain penambahan durasi musim penghujan yang akan disertai cuaca ekstrim, badai La Nina juga terjadi sampai Februari 2011 di wilayah Jateng. Hal ini akibat pemanasan temperatur laut. Dilihat dari peristiwa alam ini, setiap daerah perlu meningkatkan kewaspadaan.

Akan tetapi untuk tahun 2012, pengaruh La Nina sudah hilang, masyarakat tidak lagi khawatir dengan adanya anomali cuaca, tidak seperti pada tahun 2010. Petani tidak khawatir, karena musim kemarau di sejumlah daerah mundur, tetapi rata-rata hanya 10 hingga 20 hari dan tidak mundur sepanjang tahun seperti tahun 2010.

Penyebab Anomali
Anomali cuaca yang terjadi ada tahun ini dikarenakan adanya sirkulasi arus laut global yang tidak normal, sehingga suhu muka laut selalu hangat. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati menyebutkan saat ini suhu muka laut rata-rata berada pada suhu 29 derajat celsius, sementara suhu muka laut di perairan Pulau Jawa berkisar 28 derajat celsius.

"Hangatnya suhu muka laut tersebut menjadikan banyak penguapan, uap air menjadi banyak dan diprakirakan hingga Mei masih ada hujan," kata Evi.

Hangatnya suhu muka laut tersebut terjadi di laut utara sehingga daerah pantura, Jateng bagian tengah seperti; Semarang, Brebes, Kabupaten Semarang, Sragen, Boyolali, sebagian Blora, sebagian Sukoharjo bagian utara, Tegal, dan Pemalang masih akan terjadi hujan.

Beberapa daerah tersebut musim kemaraunya akan mundur sekitar sepuluh hingga 20 hari atau satu hingga dua dasarian.

Untuk Kota Semarang misalnya, dari jadwal musim kemarau yang seharusnya Mei minggu kedua mundur menjadi Juni minggu pertama. Sebagian daerah Blora, musim kemaraunya juga ada yang mundur yakni Blora bagian selatan yang seharusnya April minggu kedua diprakirakan mundur menjadi Mei minggu pertama.
Akan tetapi untuk suhu laut bagian selatan lebih rendah, sehingga musim kemaraunya justru lebih cepat.

Sejumlah daerah yang musim kemaraunya lebih dahulu dari jadwal diantaranya sebagian besar wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, sebagian Kebumen, dan Purworejo. (rs-infoBlora | sumber : Suara Merdeka)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved