INFOBLORA.FM - Hasil pengecekan Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Blora menemukan kadar C-organik tanah di sejumlah lahan pertanian warga Blora berada di bawah dua persen. Angka tersebut tergolong rendah dan memprihatinkan, karena menunjukkan rendahnya kesuburan tanah.
Sekretaris DP4 Blora, Lilik Setyawan, menjelaskan bahwa riset lapangan menunjukan kandungan unsur hara tanah, khususnya C-organik, sangat rendah akibat penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus dilakukan oleh petani.
“Kandungan C-organik rendah, bahkan ada yang sangat rendah. Pemakaian pupuk kimia terus-menerus tanpa disadari justru mendegradasi kesuburan tanah,” terang Lilik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemkab Blora mendorong petani beralih menggunakan pupuk organik. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Gerakan Sejuta Kotak Umat (Geseku), yaitu program pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak.
“Kami sudah terapkan dan bekerja sama dengan para Babinsa di setiap desa untuk pembuatan kotak,” jelas Lilik.
Blora dinilai memiliki potensi besar dalam penyediaan bahan baku pupuk organik. Dengan populasi ternak sapi terbesar di Jawa Tengah, kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami yang ramah lingkungan.
“Potensi kotoran ternak di Blora sangat besar. Tinggal dipindahkan dari kandang ke sawah. Inilah solusi konkret yang dekat dengan masyarakat,” tambahnya.
Selain itu, Pemkab Blora juga menyiapkan bantuan berupa bahan fermentasi untuk mengubah kotoran ternak menjadi pupuk organik siap pakai.
“Kami siapkan fermentasinya, tinggal nanti petani mengajukan kepada kami,” tutur Lilik.
Dengan langkah ini, diharapkan kualitas tanah pertanian Blora kembali meningkat, sehingga produksi pertanian tetap terjaga dan lebih ramah lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar