INFOBLORA.ID - Inovasi ramah lingkungan kembali mencuri perhatian! Berbagai produk kecantikan, kesehatan, hingga pupuk yang diolah dari limbah organik ditampilkan memukau dalam ajang Recycling Competition Alila Solo, Sabtu (2/8/2025).
Salah satu peserta yang menyita perhatian adalah Perkumpulan Eco Enzyme Nusantara (PEN), khususnya dari daerah Blora, yang menampilkan deretan produk kreatif hasil fermentasi limbah rumah tangga.
“Dari sampah jadi sabun, ini bukan sekadar inovasi, tapi juga gaya hidup! Eco Enzyme Nusantara menunjukkan bahwa limbah organik bisa jadi produk bernilai tinggi,” ujar Pipit Windri Aryati Samgautama Karnajaya, Ketua Eco Enzyme Nusantara Blora.
Salah satu produk unggulan mereka adalah sabun mandi natural yang ramah lingkungan. Sabun ini dibuat dengan mengganti sebagian air menggunakan eco-enzyme, cairan serbaguna hasil fermentasi kulit buah, gula, dan air.
Selain sabun, komunitas ini juga menciptakan sabun cuci alami, telur asin dari ampas fermentasi, hingga bantal terapi berbahan limbah. Semuanya dibuat dengan prinsip zero waste dan siap diproduksi massal sebagai souvenir ramah lingkungan.
“Sabun ini lebih natural dan kaya akan enzim. Bahkan bermanfaat untuk kulit karena kami juga menambahkan ekstrak daun kelor sebagai pewarna alami dan antioksidan,” jelas Carolina Bramiant, perwakilan PEN Blora yang juga aktif di Eco Enzyme Nusantara Semarang Hebat.
Menurutnya, hingga saat ini 60–70 persen sampah di TPA adalah sampah organik yang sebenarnya bisa diolah di tingkat rumah tangga. Maka dari itu, komunitas Eco Enzyme hadir sebagai solusi praktis dan edukatif.
Cerita inspiratif juga datang dari Mom Olin dan Pipit, dua sahabat yang dulunya merupakan karyawati Bank BNI. Sejak resign di tahun 2018, mereka memilih menjalani gaya hidup slow living dan aktif menjadi pegiat lingkungan.
“Keprihatinan kami terhadap sampah yang belum dipilah dari rumah dan beban yang hanya ditanggung pemerintah membuat kami berkomitmen penuh di Eco Enzyme Nusantara,” ungkap Pipit.
Organisasi ini merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang edukasi lingkungan. Mereka rutin menggelar sosialisasi gratis kepada masyarakat agar pengelolaan sampah menjadi kebiasaan sehari-hari.
“Harapan kami, mengelola sampah itu jadi habit. Kalau jadi kebiasaan, semua pihak akan untung. Pemerintah terbantu, masyarakat sehat, dan lingkungan tetap lestari sampai anak cucu nanti,” tegas Pipit.
Recycling Competition Alila Solo sendiri diikuti oleh 53 peserta, dengan 28 di antaranya terpilih sebagai nominasi. Meski tidak mengincar juara, tim Eco Enzyme Blora merasa bangga telah membawa pesan besar tentang kesadaran lingkungan.
“Masuk nominasi saja sudah sangat menggembirakan. Karena target kami bukan menang, tapi menularkan kebiasaan baik mengelola sampah dari rumah,” tutup Pipit dengan semangat.
0 komentar:
Posting Komentar