Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora,
Drs. Kunto Aji yang menyatakan langsung perihal tersebut ketika
menjadi pembicara dalam acara Bimbingan Teknik Pemahaman Branding
Wonderful Indonesia dan Konten Marketing untuk meningkatkan Peran
Pemasaran Pariwisata, di Hotel Arra Kecamatan Cepu, Senin (7/5/2018).
“Untuk mencapai target sebanyak itu,
kami menggandeng seluruh stakeholder baik dari lintas Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Blora, perusahaan swasta maupun
masyarakat umum yang tergabung dalam kelompok sadar wisata atau
pokdarwis,” ucap Drs. Kunto Aji.
Pasalnya, menurut Kunto Aji,
pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata tidak akan bisa
maksimal jika dilakukan sendiri. Butuh kontribusi dari seluruh
stakeholder yang ada untuk menggarap bersama dan fokus di beberapa
daya tarik wisata.
“Kami akan susun beberapa paket
wisata di Kabupaten Blora dengan potensi daya tarik wisata yang ada.
Misalkan untuk Blora bagian timur berawal dari Stasiun Cepu bisa
diarahkan ke Wisata Heritage Loko Tour, Kampung Samin Sambongrejo,
Kedungpupur, Minyak Tua Ledok dan kulinernya Lontong Opor Ngloram.
Sedangkan Blora bagian barat bisa ke Goa Terawang, kampung Durian,
Kebun Buah Tunjungan, Waduk Tempuran, Rumah Sastra Pramoedya dan
berkuliner Sate Blora,” papar Drs. Kunto Aji.
![]() |
Kepala Dinporabudpar Drs. Kunto Aji menyampaikan strategi pencapaian kunjungan wisatawan di Kabupaten Blora. (foto: dok-ib) |
Kepala Bidang Pariwisata,
Dinporabudpar, Heksa Wismaningsih S.STP, MH, menyatakan bahwa
membangun industri pariwisata tidak bisa dilakukan sendirian. Ia
menyontohkan untuk mengembangkan potensi Bukit Cengklik maka harus
ada bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai pihak yang membangun
jalan. Kemudian untuk oleh-olehnya harus ada pendampingan dari
Dindagkop UKM untuk melatih ketrampilan masyarakat setempat untuk
membuka usaha kerajinan dan lainnya.
“Saat kami belajar ke Banyuwangi
beberapa waktu lalu. Dinas Pariwisata disana hanya sebagai
koordinator dan bekerja untuk mempromosikan daya tarik wisata.
Sedangkan untuk pembangunan daya tarik wisata digarap bersama-sama
dengan dinas terkait,” ujar Heksa Wismaningsih S.STP, MH.
Khusus Desa yang memiliki potensi daya
tarik wisata, diminta untuk bisa ikut melaksanakan pengembangan
dengan merencanakan pembangunan menggunakan Dana Desa. Disamping itu
bisa juga membentuk pengelolaan daya tarik wisata desa dalam bentuk
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Adapun Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran II Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI, Nia Niscaya, yang
hadir dalam acara itu, menyarankan agar Kabupaten Blora bisa segera
melakukan branding pariwisata dan fokus menggarap beberapa daya tarik
wisata unggulan yang unik dan menarik.
Menurutnya Kabupaten Blora memiliki
banyak daya tarik wisata yang unik baik dari segi haritage yang
dikenal sebagai daerah penghasil minyak sejak lama, kemudian kuliner
satenya yang enak, serta budayanya seperti Barongan dan tayub. Jika
itu semua bisa ditata dan dibranding dengan baik, bukan tidak mungkin
kunjungan wisata ke Blora akan meningkat.
Sementara itu, Sekjen Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia, Hery Margono menekankan pentingnya
branding daya tarik wisata bagi suatu daerah. Menurutnya, tanpa
branding maka wisatawan akan kesulitan mengenali potensi daya tarik
wisata yang ada di daerah.
Ia mengajak seluruh stakeholder
pariwisata yang hadir bisa turut aktif mempromosikan branding daya
tarik wisata yang ada di Kabupaten Blora. Diantaranya komunitas duta
wisata Blora, Peguyuban Kakang Mbakyu (Pakamba), Generasi Pesona
Indonesia (Genpi), Pokdarwis, Abipara, Asita, PHRI serta seluruh
stakeholder yang ada. (humaskab | jo-ib)
0 komentar:
Posting Komentar