Panen raya padi di Desa Tanjung Kecamatan Kedungtuban bersama Dirjen Hortikultura, Bupati Blora, Dandim 0721 dan Dinas Pertanian. (foto: dok-infoblora) |
Turut hadir Dandim 0721 Blora, Letkol
Inf. Rizadly Syahrazy Themba, S.Sos, Pasi Kemampuan Teritorial
(Puanter), Korem 073/Makutarama, Mayor Inf. Sentot E, Asisten 2 Sekda
Blora Slamet Pamudji SH, M.Hum, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Ir. Reni Miharti M.Agr Bus, Forkopimcam Kedungtuban, penyuluh
dan seluruh petani.
Setelah memotong padi secara
bersama-sama di tengah sawah, panen dilanjutkan dengan menggunakan
alat pemotong padi modern “combine harvester” agar lebih cepat
dan harganya lebih tinggi.
Bupati Djoko Nugroho usai panen
mengungkapkan rasa senangnya bahwa di tengah kabar impor beras yang
akan dilakukan pemerintah pusat dengan alasan harga beras mahal dan
sulit didapat, ternyata hal tersebut tidak berlaku di Blora.
Dirjen Hortikultura, Kepala Dinas Pertanian dan Bupati Blora memberikan keterangan pers terkait pencapaian panen raya di Kabupaten Blora. (foto: dok-infoblora) |
Ia juga menepis berita beras langka,
karena kenyataanya saat ini beras mudah didapat.
“Kalupun harga beras atau gabah
tinggi, asal keuntungannya dinikmati petani, bukan pedagang. Gak papa
lah.. sekali-sekali biar petani kita merasakan keuntungan besar. Biar
petani kita kaya,” lanjutnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
melalui Dirjen Hortikultura Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MM yang juga PJ
Upsus Pajale Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan panen raya ini
memastikan persediaan beras secara nasional masih cukup aman. Ia
senang bisa menyaksikan padi yang melimpah di Kabupaten Blora.
“Pada Januari saja secara nasional
luas panen padi mencapai 854 ribu hektar dengan tingkat produksi
mencapai 4,2 ton gabah kering atau setara 2,7 ton beras. Sedangkan
uncak panen Indonesia akan terjadi pada bulan Maret dengan perkiraan
produksi sejumlah 11,8 juta ton , berasnya 7,4 juta ton. Namun,
setelah itu pada bulan April panen agak menurun sedikit,” ucapnya.
“Kita ingin sampaikan kepada publik
bahwa sejak Desember 2017 sampai dengan Januari kita terus panen,
Artinya ada beras, tidak ada rush, tidak ada panic buying, tidak ada
orang antri cari beras,” lanjutnya.
Ia menghimbau agar masyarakat tidak
perlu kawatir dengan pemberitaan impor beras yang ada. Karena
menurutnya, secara Nasional sejak Desember 2017 sampai Januari terus
panen padi.
“Intinya ketersediaan pangan aman.
Urusan impor itu biar urusan yang di atas. Yang penting kita kerja,
kerja dan kerja, pangan tercukupi, harga baik dan anak bisa sekolah,”
tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Ir. Reni Miharti M.Agr Bus menerangkan bahwa
untuk wilayah Kabupaten Blora akan mengalami puncak musim panen pada
bulan Pebruari.
“Puncak panen diprediksi akan terjadi
di bulan Pebruari dengan hasil rata-rata 7 ton per hektare. Adapun
harganya saat ini dos/tanpa blower 5.000/ kg GKP, jika pakai Combine
Harvester bisa sampai 5.200/ kg GKP,” terangnya.
Usai panen dilanjutkan dialog dengan
petani. Para petani yang menginginkan atau membutuhkan alat mesim
pertanian (alsintan) diminta untuk membuat pengajuan ke Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan. Sedangkan yang meminta perubahan
kuota pupuk bersubsidi, diminta untuk melakukan perubahan RDKK pupuk
untuk tahun depan. (sumber : HumasKab | res-ib)
0 komentar:
Posting Komentar