Tanam padi menggunakan transplanter di lahan sawah milik kelompok tani Ngudi Santoso Desa Gadon. (foto: dok-ib) |
Seperti yang tampak pada hari Selasa
(3/10/2017), para petani dengan menggunakan transplanter sedang asik
menanam padi di lahan Kelompok Tani Ngudi Santoso yang diketuai
Muhammad Alwi dan Kelom Tani Sri Widati pimpinan Sutiono. Mereka
telah lebih dahulu memulai musim tanam pertama tahun 2017/2018) di
awal bulan Oktober ini.
“Ada satu hektar yang mulai ditanami
padi dengan transplanter hari ini. Kami pilih memakai transplanter
karena lebih cepat dan lebih hemat tenaga. Hasilnya pun nantinya akan
lebih banyak. Kami sudah tiga kali ini melakukan penanaman padi
dengan transplanter. Alhamdulillah hasilnya lebih bagus daripada
tanam manual,” terang Muhammad Alwi.
Komisi B DPRD Jawa Tengah menyaksikan proses penanaman padi dengan transplanter. Bibit disiapkan dari hasil tray sehingga bisa digulung tanpa merusak tanaman. (foto: dok-ib) |
“Kalau dihitung-hitung, tanam pakai
transplanter hanya menghabiskan dana 2 jutaan per hektar dan tidak
perlu ndaut. Sedangkan jika ditanam secara manual, per hektare nya
membutuhkan dana hingga 3 juataan. Dengan demikian kami sudah hemat
Rp 1 jutaan per hektar,” ucap M Alwi.
Adapun Sutiono, Ketua Kelompok Tani Sri
Widati menjelaskan bahwa bibit padi yang ditanam dengan transplanter
merupakan hasil penyemaian menggunakan tray (kotak benih) dengan usia
antara 13 hari sampai maksimal 15 hari.
Ibu-ibu desa sedang menabur benih padi untuk ditanam dalam persemaian. (foto: dok-ib) |
Hanya saja, dari lima kelompok tani
yang ada di Desa Gadon. Yang sudah memiliki alat transplanter baru 3
kelompok tani. Itupun merupakan alat bantuan dari Kementerian
Pertanian beberapa waktu lalu. Sehingga harus bergantian untuk
melakukan penanaman padi. Pihaknya berharap pemerintah bisa
memberikan bantuan transplanter lagi untuk kelompok tani lainnya.
“Kami berharap pemerintah bisa
memberikan tambahan alat transplanter kembali. Agar luasan tanam padi
bisa semakin luas dengan menggunakan mesin penanam,” ujarnya.
Untuk diketahui, sepanjang tahun Desa
Gadon melaksanakan tanam padi hingga tiga kali. Dengan hasil rata
rata per hektar 7-8 ton gabah.
Mendengar penjelasan petani itu,
rombongan Komisi B DPRD Jawa Tengah yang sedang melakukan kunjungan
kerja di Gadon, dipimpin Wakil Ketua Komisi, Drs. RM Yudhi Sancoyo MM
langsung memberikan respon. Mereka bersedia untuk mengusahakan
pengadaan transplan ter kembali.
“Karena alat sebelumnya merupakan
bantuan pusat, maka kali ini Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi
harus bersama-sama mengusulkan tambahan bantuan ke pusat. Nanti kami
yang akan mengawal. Alat ini memang bagus untuk menanam padi,
sehingga perlu diperbanyak untuk para petani di lumbung-lumbung
pangan seperti Gadon ini,” kata Drs. RM Yudhi Sancoyo MM.
(res-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar