Bupati Djoko Nugroho (kiri) menyampaikan ajakannya agar warga masyarakat Blora tidak ikut aksi di Magelang dalam rapat koordinasi Forkopimda bersama FKUB. (foto: dok-ib) |
Arahan itu disampaikan dalam Rapat
Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) bersama jajaran Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) di Kantor Kemenag Kab.Blora,
Rabu (6/9/2017) kemarin. Dimana ia melarang warganya untuk mengikuti aksi di
Magelang tersebut.
Alasannya, menurut Bupati Djoko Nugroho
tragedi yang terjadi pada kaum Rohingya di Negara Bagian Rakhine
Myanmar merupakan tragedi krisis kemanusiaan, sehingga jangan
dikait-kaitkan dengan isu agama, apalagi sampai menggelar aksi.
“Kita sepakat, bahwa apa yang terjadi
pada saudara saudara Rohingya di Myanmar adalah krisis kemanusiaan.
Tidak ada sangkut pautnya dengan konflik agama Budha dan Islam,
sehingga saya minta seluruh warga Blora jangan mudah terprovokasi
untuk mengikuti aksi aksi yang menyudutkan agama tertentu,”
tegasnya.
Sejumlah tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB mengikuti rapat koordinasi dengan Forkopimda. (foto: dok-ib) |
Hal yang sama juga disampaikan Kapolres
Blora AKBP Saptono SIK, MH. Ia menegaskan bahwa apa yang terjadi pada
kaum Rohingya merupakan krisis kemanusiaan akibat adanya masalah
intern di negara tersebut, bukan masalah agama. Seluruh umat beragama
di Blora diminta tidak terprovokasi untuk mengikuti aksi di Magelang
yang rawan ditumpangi oleh kepentingan tertentu sehingga berpotensi
digiring ke isu SARA.
“Demo di Candi Borobudur tidak
diijinkan, karena ini merupakan situs cagar budaya dan dilarang oleh
undang-undang. Tragedi krisis kemanusiaan di Myanmar tidak ada
hubungannya dengan Candi Borobudur. Jadi kalau niatnya ingin membantu
saudara kita Rohingya, lebih baik kita doakan di tempat ibadah
masing-masing atau mengirimkan donasi bantuan kesana,” terangnya. (humaskab | res-ib)
0 komentar:
Posting Komentar