Marwan Jafar memberikan paparan dalam konsolidasi jelang Pilgub Jateng. (foto: tio-ib) |
Bertempat di aula Pondok Pesantren
Khozinatul Ulum, konsolidasi dihadiri seluruh jajaran pengurus DPC
PKB Blora dan badan otonom (banomnya). Pimpinan PCNU, Muslimat, dan
anggotanya juga hadir.
Dalam sambutannya, KH Muharror Ali
selaku tuan rumah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Khozinatul Ulum
memberikan dukungan agar Nahdlatul Ulama bisa memiliki gubernur
sendiri. Menurutnya selama ini perhatian Pemerintah kepada Pondok
Pesantren masih kurang, ia berharap dengan adanya gubernur yang
berasal dari kalangan NU sendiri maka pendidikan di Ponpes akan
mendapatkan perhatian lebih.
“Warga Nahdlatul Ulama saya minta
untuk memilih Gubernur yang memperhatikan pesantren di Jawa Tengah.
Dari nama-nama yang sudah muncul pada isu Pilgub Jateng 2018, hanya
Marwan yang memiliki rekam jejak terhadap masyarakat desa dan
pesantren,” terang KH Muharror Ali.
Selama menjadi DPR RI tiga periode, menurutnya kinerja Marwan jelas, aspiratif, dan ngopeni masyarakat bawah. “Saat jadi Menteri Desa, Marwan kerjanya juga cak cek (cepat),” lanjutnya.
Selain rekam jejak kerja, lanjut Muharror, Marwan mengerti kebutuhan santri dan pesantren karena Marwan punya latar belakang sebagai santri. “Dia ini NU tulen, santri yang jelas-jelas tahu kebutuhan dari masyarakat Nahdliyin. Jadi tidak ada alasan kepada warga NU untuk tidak mendukung Marwan sebagai Gubernur Jateng,” pungkas dia.
Selama menjadi DPR RI tiga periode, menurutnya kinerja Marwan jelas, aspiratif, dan ngopeni masyarakat bawah. “Saat jadi Menteri Desa, Marwan kerjanya juga cak cek (cepat),” lanjutnya.
Selain rekam jejak kerja, lanjut Muharror, Marwan mengerti kebutuhan santri dan pesantren karena Marwan punya latar belakang sebagai santri. “Dia ini NU tulen, santri yang jelas-jelas tahu kebutuhan dari masyarakat Nahdliyin. Jadi tidak ada alasan kepada warga NU untuk tidak mendukung Marwan sebagai Gubernur Jateng,” pungkas dia.
Ketua DPC PKB Blora, Abdul Hakim
menyatakan bahwa awalnya Marwan Jafar sebenarnya tidak ada ambisi
untuk menjadi bakal calon gubernur. Namun karena ada dorongan dari
DPW dan DPC PKB se Jawa Tengah maka dirinya siap untuk maju ke
pertarungan Pilgub Jateng 2018.
“Kami dari PKB Blora juga siap
memberikan dukungan ke Pak Marwan untuk maju ke Pilgub 2018. PKB dan
NU harus merapatkan barisan untuk bergerak bersama menyukseskan Pak
Marwan maju ke Pilgub. Dukung beliau memimpin Jateng yang lebih
sejahtera, jika tidak lebih baik dari yang sekarang maka lima tahun
kedepannya lagi tidak usah dipilih kembali. Gitu saja,” tegas Abdul
Hakim.
Sementara itu, Marwan Jafar selaku yang
dicalonkan mengatakan bahwa dirinya siap diberi tugas partai untuk
maju di Pilgub 2018. “Saya siap dicalonkan untuk maju Pilgub jika
memang menurut partai saya yang terbaik. Namun jika ada orang lain
yang lebih baik dari saya, saya siap untuk mundur,” ucapnya.
Selain menyatakan kesiapannya maju
Pilgub, dalam konsolidasi itu ia juga menyoroti masih tingginya
ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan. Salah satu
penyebabnya yaitu penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan
pedesaan. Secara nasional perbandinganya yaitu 56 % merupakan warga
perkotaan dan 44 % warga desa.
“Pertumbuhan yang timpang antara desa dan kota tersebut menyebabkan kesenjangan antara desa dan kota menjadi cukup tinggi dengan kontribusi kota besar dan metropolitan terhadap pertumbuhan mencapai 32 %. Sedangkan kontribusi kota menengah dan kecil hanya 7 % terhadap pertumbuhan,” kata Marwan, Rabu (10/5/2017).
Oleh karena itu, dia mengusulkan perlu ada langkah strategis untuk menciptakan penyeimbangan pembangunan desa dan kota. Salah satunya adalah penguatan pembangunan pertanian, mengingat mayoritas aktivitas perekonomian masyarakaht desa masih bergantung pada tingkat produktivitas Sumber Daya Alam (SDA), termasuk di dalamnya adalah peternakan.
“Kebijakan penguatan pembangunan pertanian sejauh ini masih lemah, hal itu dibuktikan dengan masih ada kecenderungan daerah-daerah memilih eksploitasi sumber daya alam daripada memperkuat sektor produktif lainnya seperti pertanian,” pungkasnya. (tio-infoblora)
“Pertumbuhan yang timpang antara desa dan kota tersebut menyebabkan kesenjangan antara desa dan kota menjadi cukup tinggi dengan kontribusi kota besar dan metropolitan terhadap pertumbuhan mencapai 32 %. Sedangkan kontribusi kota menengah dan kecil hanya 7 % terhadap pertumbuhan,” kata Marwan, Rabu (10/5/2017).
Oleh karena itu, dia mengusulkan perlu ada langkah strategis untuk menciptakan penyeimbangan pembangunan desa dan kota. Salah satunya adalah penguatan pembangunan pertanian, mengingat mayoritas aktivitas perekonomian masyarakaht desa masih bergantung pada tingkat produktivitas Sumber Daya Alam (SDA), termasuk di dalamnya adalah peternakan.
“Kebijakan penguatan pembangunan pertanian sejauh ini masih lemah, hal itu dibuktikan dengan masih ada kecenderungan daerah-daerah memilih eksploitasi sumber daya alam daripada memperkuat sektor produktif lainnya seperti pertanian,” pungkasnya. (tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar