![]() |
Sumber gas Blok Gundih di Kecamatan Kradenan akan menjadi lokasi penangkapan carbon guna penerapan teknologi CCS, (foto: dok-ib) |
Bahkan Kabupaten Blora akan
menjadi daerah pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara, yang akan
melaksanakan program penerapan teknologi tangkap, angkut, simpan karbon atau carbon
capture and storage (CCS) ini. CCS akan dilaksanakan dengan memanfaatkan gas
buang carbon yang dihasilkan Blok Gundih dari Desa Sumber Kecamatan Kradenan.
‘’Menurut rencana, pembangunan infrastruktur program tersebut akan
dilakukan tahun ini di Blora. Adapun pendanaanya berasal dari Asian Development
Bank (ADB),’’ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora,
Sutikno Slamet, melalui Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan Perencanaan
Rini Setyowati, kemarin.
Melalui program tersebut, gas karbon dari kawasan
pertambangan minyak dan gas (migas) Blok Gundih di Kecamatan Kradenan yang bisa
meningkatkan pemanasan global jika dilepas bebas ke udara, akan dikumpulkan
kemudian diangkut dan diinjeksi atau disimpan di tanah di sumur Jepon-01.
Menurut Rini Setyowati, sumur Jepon-01 yang berada di
Kecamatan Jiken akan dijadikan tempat penyimpanan karbon tersebut. Namun
sebelum digunakan, sejumlah infrastruktur akan dibangun di sumur migas yang
sudah lama tidak terpakai itu. ‘’Lokasinya berada di kawasan hutan Kecamatan
Jiken. Direncanakan, infrastruktur itu akan mulai dibangun akhir tahun ini atau
awal 2018,’’ tandasnya.
Untuk mematangkan rencana pelaksanaan program CCS, kata Rini, pada
Juli akan digelar simposium di Blora. Simposium tersebut merupakan simposium
terakhir sebelum melangkah ke pembangunan infrastruktur fisik.
![]() |
Simposium persiapan penerapan CCS di Waseda University, belum lama ini. (foto: dok-rini) |
Samgautama Karnajaya yang kini menjabat kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) menuturkan, tim CCS antara lain dari
ITB akan melakukan survei ke lokasi sumur Jepon-01. ‘’Surveinya direncanakan dilakukan
19 Februari,’’katanya.
Program CCS sebelumnya pernah disosialiasikan di pendapa rumah dinas
bupati Blora tahun lalu. Hadir dalam sosialisasi itu, Bupati Djoko Nugroho,
Wakil Rektor ITB Bidang Keuangan Perencanaan dan Pengembangan Prof Dr Wawan
Gunawan A Kadir serta perwakilan dari Jepang yakni Dr Masami Hato dari Waseda
University Jepang, Dr. Toru Takahashi dari Fukuda Geological Institute dan Mr
Isamu Kuboki dari JICA Jepang.
Program CCS ini untuk mewujudkan industrialisasi atau pertambangan
migas yang lebih ramah lingkungan. ‘’Blora patut berbangga karena dijadikan
pilot project CCS,’’ kata Bupati Djoko Nugroho saat menyampaikan sambutan di
sosialisasi tersebut.
Program CCS adalah program yang kali pertama dilaksanakan di
Indonesia bahkan di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Penerapan teknologi CCS ini
dinilai ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) di
udara yang menjadi penyebab pemanasan global yang ditimbulkan dari pabrik,
pembangkit listrik dan pengolahan minyak. Dengan teknologi itu, akan membuat
udara menjadi lebih bersih.
Secara teknis, CO2 dari Blok Gundih akan ditangkap kemudian
direkayasa sedemikian rupa menjadi cairan dan selanjutnya diinjeksi ke bumi.
Proses CCS terdiri dari tangkap, angkut dan simpan. Jika program ini berhasil
maka Blora akan bisa menurunkan kadar emisi CO2 dan sekaligus keberhasilan
nasional. (am/ip-ib)
1 komentar:
Semoga putra daerah terserap buat menjadi karywan....����
Posting Komentar