Kondisi jalur alternatif Surabaya-Semarang via Blora tepat di wilayah hutan jati Jl.Blora-Cepu km 19. Jalan sempit, penuh untuk mobil bersimpangan. |
Seperti yang dikemukakan, Darjono (45) warga Lamongan yang
kemarin sedang istirahat di posko PAM arus mudik dan balik di Jl.Blora-Cepu km
19, Selasa (21/7). “Saya dari Lamongan sengaja lewat jalur alternatif
Surabaya-Bojonegoro-Blora-Purwodadi untuk menuju Jakarta karena menghindari
kepadatan arus di pantura. Tetapi begitu masuk Jawa Tengah yakni Cepu-Blora
jalan menyempit. Kondisi jalan sempit ini saya jumpai juga hingga Purwodadi
saat pulang ke Lamongan H-3 kemarin,” jelas Darjono.
Sementara itu, Sunardi (36) warga Bojonegoro mengomentari
keadaan jalan ketika malam hari. “Saya dari Bojonegoro sering berangkat malam
menuju Semarang, tempat kerja saya. Karena lewat pantura Tuban jaraknya terlalu
jauh, maka saya pilih lewat Blora. Namun sayangnya jalur provinsi di Blora
hingga Purwodadi masih minim penerangan saat malam hari sehingga pengguna jalan
harus ekstra hati-hati. Terutama jalan yang berada di wiayah hutan dan
persawahan. Kalaupun ada lampu penerangan jalan, jaraknya pun terlalu jauh,”
beber Sunardi.
Berdasarkan pantauan tim Info Blora memang benar bahwa lebar
jalan di jalur Cepu-Blora-Purwodadi tak selebar jalur Surabaya-Bojonegoro
maupun Purwodadi-Semarang. Meskipun kondisi jalan sudah lumayan bagus karena beberapa
waktu lalu telah diperbaiki Bina Marga Jateng. Namun lebar jalan tidak berubah,
hanya sekitar 7 meter. Sedangkan Bojonegoro-Cepu lebar jalan mencapai 9 meter.
Sedangkan kondisi lampu penerangan jalan di wilayah hutan memang
belum maksimal. Meski tahun 2014 lalu jalur Cepu-Blora mendapat bantuan 40 buat
Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) dari Dinas ESDM Jateng, namun semua belum
menyala. Ada beberapa titik yang masih gelap di wilayah hutan dan persawahan.
0 komentar:
Posting Komentar