![]() |
Sekitar 20 motor dijejal di atas perahu penyeberangan Sungai Bengawan Solo pemisah Blora-Bojonegoro. |
BLORA. Perayaan lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1436
H sangat berarti di kalangan warga muslim yang identik dengan mudik atau pulang
kampung serta saling berkunjung silaturahmi. Seperti yang dilakukan warga
sekitar aliran sungai Bengawan Solo di perbatasan Blora-Bojonegoro tepatnya
Kecamatan Kradenan.
Hingga H+2 lebaran, mereka rela bertaruh nyawa menyeberangi sungai Bengawan
Solo yang berada di perbatasan 2 provinsi yakni Desa Medalem Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora Jawa Tengah dengan Desa Luwihaji, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro,
Jawa Timur.
Saat lebaran seperti ini banyak warga yang
memanfaatkan perahu kecil untuk menyeberang ke Jawa Tengah maupun ke Jawa
Timur. Mereka memilih naik perahu sampan karena lebih dekat, daripada harus
memutar 30 kilometer lewat jembatan Cepu
- Padangan yang ada di Kabupaten Blora (Jawa Tengah) - Bojonegoro (Jawa Timur).
Selain itu yang sangat mengkhawatirkan adalah
perahu yang mereka gunakan kondisinya kurang layak, sebab mengalami kebocoran
pada bagian bawah. Digunakanlah diesel penyedot air agar tidak banyak air yang
masuk ke perahu yang dinaiki warga.
Dalam
penyeberangan ini, penumpang sering melebihi batas muatan. Sekali jalan dipaksakan
mengangkut 28 motor dan 40 orang. Ironisnya di jasa penyeberangan ini tidak
dilengkapi alat pelindung diri seperti pelampung atau sejenisnya.
![]() |
Warga Kradenan antri nyeberang sungai karena perahu hanya ada 1 buah. |
Sebenarnya warga cemas dengan keadaan perahu yang
mereka tumpangi namun mereka sudah terbiasa dengan keadaan ini. Sampai saat ini
belum ada perhatian dari pemerintah tentang penyeberangan ini.
Warga sudah lama menginginkan adanya pembangunan
jembatan di wilayah ini. Dengan adanya jembatan setidaknya bisa mempercepat
pertumbuhan ekonomi di kedua sisi sungai. Selama ini warga yang tinggal di
Kecamatan Ngraho Bojonegoro Jawa timur juga memiliki sawah atau pekerjaan di
Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Begitu pula sebaliknya.
Menurut Mahmud salah satu penumpang yang habis
berkunjung ke tempat saudaranya yang ada di Kabupaten Blora, dia sudah terbiasa
menaiki perahu tersebut karena ini satu-satunya akses paling dekat dari rumahnya
yang ada di Bojonegoro.
“Saya berharap kedepan ada pembangunan jembatan
di wilayah perbatasan ini. Semoga kedepan jalur penghubung 2 provinsi ini bisa
dibangun jembatan permanen agar perekonomian warga bisa berjalan lancar tanpa
harus was-was ketika menyebrangi Sungai terpanjang di pulau jawa ini,” harap
Mahmud, Senin (20/7).
“Kalaupun tetap menggunakan penyeberangan perahu,
minimal ada dua perahu yang beroperasi dengan kelengkapan alat keamanan seperti
pelampung mengingat besarnya arus Bengawan Solo. Kalau ada dua perahu penumpang
bisa segera terangkut semua dan tak harus menunggu lama di tempat sandar perahu
seperti ini,” pungkas Mahmud. (ar-infoblora)
1 komentar:
Tempatku dewe ngunggar pasir
Posting Komentar