![]() |
Yudi Santoso foto bersama topeng Barongan Blora hasil karyanya. |
Salah satu pengrajin Barongan Blora itu adalah Yudi Santoso, warga Tegalgunung, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora. Yudi sudah memiliki keinginan untuk menekuni dunia ini sejak kecil. “Dari kecil SD sudah suka lihat Barongan. Kebetulan rumah saya berdekatan dengan rumahnya Pak Gachuk (pemilik Sanggar Barongan Seloganthi).
“Tiap hari lihatin Pak Gachuk bikin Barongan. Terus saya coba
bikin Barongan dari tanah liat dulu, trus coba pakai bahan kayu” tuturnya.
Saat ini, Yudi sedang kesulitan untuk mendapat bahan baku Barongan Blora berupa kayu dhadhap dan ijuk aren sehingga menghambat proses pembuatan Barongan Blora.
“Ini lagi kesulitan nyari bahan bakunya kayu dhadhap dan ijuk aren. Kalau punya kayu sendiri, ada pesanan nggak ada pesanan bikin terus. Kalau saat ini kesulitan bahan saya hanya buruh bikin saja. Yang pesan bawa bahan sendiri,” papar Yudi.
Yudi menjual Barongan hasil karyanya sendiri dengan harga 450 ribu rupiah hingga 2 juta rupiah. Dia hanya membutuhkan waktu seminggu untuk membuat sebuah kepala Barongan Blora. “Kalau bahan sudah tersedia semua, seminggu jadi” ujarnya.
Tidak semua karya pemuda ini dijual, tetapi ada juga karyanya yang digunakan untuk koleksi pribadi. “Saya punya Barongan 2 dan 1 topeng joko lodro (gendruwon). Buat sample juga buat sewaan. Juga buat pentas group sendiri (Seloganthi). Kemarin malam tahun baru disewa mahasiswa Unnes Semarang pentas di panggung barat Tugu Pancasila,” kata Yudi.
Warga Tegalgunung ini juga berharap Barongan Blora dapat mencontoh Reog Ponorogo untuk go internasional. “Harapan saya Barongan Blora harus bisa seperti Reog Ponorogo untuk go internasional. Mungkin harapan yang belum tercapai terbatasnya dana dan alat. Ini yang selalu dikeluh kesahkan semua pengerajin Barongan Blora” ungkapnya. (HB33-Harian Blora | jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar