![]() |
Penjual jenang laris manis diserbu pengunjung (ilustrasi) |
BLORA. Haul Sunan Pojok Blora menyedot perhatian
publik baik dari dalam dan luar daerah Kabupaten Blora. Makanan khas terbuat
dari tepung beras ketan yang ikut mewarnai Haul Sunan Pojok, yaitu jenang masih menjadi sasaran utama para peziarah yang datang.
Sejak dahulu, jenang menjadi idola oleh-oleh warga masyarakat setelah berziarah di makam pejabat pemerintahan dan tokoh pejuang Islam, Sunan Pojok. “Ya ini jenang, buat oleh-oleh keluarga di rumah, sudah menjadi kebiasaan setiap setahun sekali kami bersama warga dan umat muslim lainnya di desa kami melakukan ziarah dab mendoakan ke makam Mbah Sunan Pojok,” ujar Suwarni, salah seorang muslimat dari Kecamatan Ngawen.
Para penjual jenang berdatangan dari luar daerah, terutama dari pantura. Jenang yang dibuatnya bisa bertahan beberapa hari sehingga bisa disimpan untuk menu keluarga. Namun hanya beberapa hari saja.
“Rasanya manis dicampur gula merah, ditaburi wijen biar tambah enak. Harganya juga terjangkau. Berapapun belinya kami layani asal sesuai,” ujar Karti, salah seorang penjual jenang yang mangkal di komplek makam Sunan Pojok Blora.
Tidak hanya penjual jenang yang ikut ‘mremo’ tetapi juga ada penjual buah, makanan, pakaian dan mainan.
Ketua panitia Haul Sunan Pojok Blora 2014, Drs. Suryanto,Msi, mengungkapkan, seperti tahun sebelumnya, beberapa kegiatan telah dilaksanakan, hanya saja untuk tahun ini item acaranya ditambah, bertajuk Festival Haul Sunan Pojok Blora 2014 ke I.
“Sesuai rencana, jadwal acara dilaksanakan sejak tanggal 19 hingga 25 Nopember 2014 ini,” ujar mantan Kepala BPMPKB yang kini menjabat sebagai Staf Ahli Bupati Blora.
Kegiatan Haul Sunan Pojok Blora 2014, yakni festival Sunan Pojok yang ke I dengan berbagai rangkaian kegiatannya, Bazar, Khotmil Quran Bin Nadhor, Khotmil Quran Bil Ghoib, Tahlil Umum dan Tausyiyah oleh KH Asnawi dari Kabupaten Kudus. Kemudian diakhiri acara puncak dengan pengajian akbar oleh KH Agus Ali Masyhuri dari Sidoharjo, Jawa Timur.
Acara tersebut terselenggara berkat kerja keras pengurus Yayasan Sunan Pojok Blora yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Blora.
Sunan Pojok yang memiliki nama atau sebutan Pangeran Pojok, Pangeran Surabaya, Pengeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirulah Abdurrochim dan Mbah Benun Wali Pojok, semasa hidupnya dipenuhi pengabdian kepada pemerintahan Kerajaan Mataram.
Jabatan yang di embannya yaitu sebagai Panglima Perang Kerajaan Mataram dan Adipati Tuban pada tahun 1619-1661, namun jabatan duniawi itu akhirnya dilepas dan menjadi Waliyullah.
Makamnya, terletak di selatan Alun-Alun Blora, atau disebut Pesarehan Gedong. Berdampingan dengan salah seorang putranya yang bernama Pangeran Joyo Dipo Bupati I Kadipaten Blora serta puluhan makam pejabat tempo dulu dan kerabat lainnya. Sunan Pojok adalah pejabat pemerintah yang taat beribadah. (DPPKKI Blora | tg)
0 komentar:
Posting Komentar