Home » , » Dampak Pencemaran Meluas, Namun PT GMM Mengaku Tidak Punya Limbah

Dampak Pencemaran Meluas, Namun PT GMM Mengaku Tidak Punya Limbah

infoblora.id on 7 Okt 2014 | 16.00


Kepala PDAM Ngawen Blora sedang memeriksa aliran air bersih yang kini menimbulkan bau dan berubah warna.
BLORA. Dampak pencemaran lingkungan yang diduga bocornya limbah dari Pabrik Gula Gendhis Multi Manis (PG GMM) Blora, kini tampaknya makin meluas. Tidak hanya membuat air waduk Bentolo yang berada di Kecamatan Todanan yang berubah dan berbau. Namun dampak pencemaran lingkungan, kini juga dirasakan oleh warga di Kecamatan Kunduran dan Ngawen.

Ribuan warga yang juga pelanggan air PDAM di tiga kecamatan tersebut, kini mengeluhkan kualitas air yang diproduksi PDAM dari pengolahan air di waduk Bentolo. Kondisi tersebut diakui oleh Kepala PDAM Cabang Ngawen, Henu Mulyono. Bahkan kini pihak PDAM mendapat protes dan keluhan dari warga di dua kecamatan tersebut.

“Masyarakat mengeluhkan air PDAM bau dan kalau mengendap terlalu lama maka air berubah warna menjadi hitam,” ujar Henu, Senin (6/10) kemarin.

Selama ini, Henu mengaku sudah berkoordinasi dengan PG GMM. Selain itu masih menunggu hasil uji laboratorium yang tengah dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah. 

Sementara itu, pengakuan sejumlah warga Desa Tinapan yang berada di sekitar PG mengatakan,  kolam penampungan Isolasi Penampungan Air Limbah (IPAL) milik PG GMM sempat bocor 2 bulan lalu. Akibat kebocoran tersebut,  diduga limbah tersebut mengalir ke waduk Bentolo, sebab lokasi PG berada di atas waduk.

Warga yang enggan menyebutkan identitasnya tersebut mengetahui benar kondisi tersebut. Sebab saat pembuatan IPAL berlangsung, dirinya adalah salah satu pekerja yang dilibatkan dalam pembuatan kolam penampungan limbah tersebut. “Dulu tidak pernah ada kejadian pencemaran seperti ini. Hal seperti ini baru terjadi setelah PG berdiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PG GMM Kamajaya saat dikonfirmasi terpisah membantah hal tersebut dan mengaku tidak benar. Dikatakannya bahwa PG GMM tidak memiliki limbah. “Saya tetap berpendapat bahwa air waduk tidak bau dan berubah warna. Tuduhan warga selama ini masih perlu ada pembuktian,” tegasnya.

Sedangkan Kacung Subadi selaku Kepala UPTB Laboratorium Lingkungan BLH Kabupaten Blora menjelaskan, bahwa uji laboratorium terkait dugaan pencemaraan air waduk oleh PG GMM kini tengah ditangani BLH Provinsi Jateng. Sebab di Laboratorium BLH Kabupaten Blora masih minim fasilitas. “Selain itu, permasalahan ini nantinya bisa akan mengarah ke ranah hukum, jadi kami tidak ingin main-main dalam bekerja, kita serius menangani hal ini,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dampak pencemaran air dan udara yang diduga akibat kebocoran pengelolaan limbah produksi Pabrik Gula Gendhis Multi Manis (PG GMM) Blora, hingga kini belum mendapat penanganan kongkret dari Pemkab melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Blora.

Warga di sekitar pabrik masih menunggu dan menanyakan hasil uji laboratorium atas dugaan pencemaran limbah pabrik gula tersebut. Sebab, dua pekan lalu pihak BLH setempat telah mengambil sampel air dari Waduk Bentolo di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan yang tercemar. Air waduk tersebut merupakan bahan baku air bersih yang diproduksi PDAM Blora.

”Sudah dua pekan lebih kami harus menunggu dan belum ada kabarnya. Kami minta agar BLH tidak memainkan hasil uji laboratorium tersebut,” ujar Zainul, warga Desa Tinapan.

Menurut Zainul, pihak pabrik gula yang berada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan harus bertanggungjawab jika terbukti melakukan pencemaran. Karena itu, sebagai lembaga pemerintah yang menangani lingkungan, pihak BLH harus jujur dan adil. Sebab, BLH harus membela kepentingan rakyat yang dirugikan.

”Apapun hasilnya harus diumumkan, biar warga tahu. Jangan sampai hasilnya dimainkan atau dimanipulasi,” tegasnya. (feb-patiekspres | Jo-infoblora)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved