![]() |
Truk-truk tebu secara bergantian memasukkan muatannya ke mesin giling Pabrik Gula (PG) Blora. |
Anton menyebutkan, untuk petani tebu yang mandiri dirinya tidak terlalu menjadi beban. Sebab, tidak ada kaitannya dengan operasional PT GMM. Karena, petani tebu mandiri bisa langsung menebang tebunya, untuk dijual ke pabrik gula di luar Blora.
”Kalau untuk petani tebu yang diberi pinjaman modal GMM atau menjadi
mitra, ini yang harus diperhatikan. Karena, mereka akan menunggu sampai
giliran mendapat surat perintah angkut (SPA) untuk bisa menjual tebu ke
GMM. Jadi, kami minta agar kapasitas gilingnya ditingkatkan,” kata
Anton, kemarin.
Anton menambahkan, pihaknya juga meminta agar pada proses giling
petani diberi kesempatan untuk mengawasinya. Sehingga, tebu milik petani
benar-benar digiling oleh GMM.
Sementara, belum lama ini mesin PG Blora GMM yang berada di Desa
Tinapan, Kecamatan Todanan kembali ngadat. Akibatnya, produksi gula dari
tebu petani terhenti. Hal itu menjadikan antrean tebu menumpuk.
GM GMM Edy Winoto meyatakan, setelah produksi hampir satu bulan sejak
Juli sampai awal Agustus lalu, pabrik kembali produksi pada 25 Agustus.
Namun, hanya sebentar berproduksi, mesin tiba-tiba rusak.
”Tiga hari ini pabrik berhenti berproduksi. Kami belum bisa
memperkirakan, sampai kapan mesin bisa kembali berproduksi,” jelas Edy.
Menurut Edy, pihaknya sudah berusaha maksimal untuk memperbaiki mesin pendukung. Namun belum berhasil juga.
”Mudah-mudahan kendala bisa diatasi dalam waktu secepatnya. Syukur-syukur bisa dalam dua atau tiga hari ke depan,” terangnya.
Diketahui, pada giling 25 Agustus lalu, pabrik bisa meningkatkan
produksi dari 80 truk per hari menjadi 120 truk hingga 160 truk per
hari. Padahal, jika tidak terjadi kendala bisa mendekati produksi puncak
sampai enam ribu ton per hari. (Aries-Murianews | Jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar