Transaksi pembeli dengan pedagang kelapa di Pasar Ril Blora (ft : dok dppkki) |
Kondisi yang sudah berlarut dari tahun ke tahun itu, menurut dia, perlu dilakukan terobosan yang tidak hanya sekedar memberi bantuan bibit kelapa kepada warga masyarakat, tetapi juga pembinaan, pemupukan, perawatan hingga aman dari serangan hama. Serangan hama wang-wung, kata dia, bisa jadi dianggap musibah. Pihaknya menilai, SKPD terkait telah 'gagal' mereboisasi pohon kelapa di Blora.
"Dulu, waktu masih sekolah, saya biasa dimintai tolong tetangga untuk manjat pohon kelapa. Tak jarang pula, bersama teman-teman sekolah diajak ambil degan (kelapa muda,red) di kebun. Lha sekarang ? Mau minum air kelapa muda saja harus beli," tandasnya, di Blora, Sabtu (02/08).
Menurut dia, pemkab harus lebih giat mencari solusi sehingga warga Blora bisa menikmati buah kelapa dari hasil kebunnya sendiri.
"Artinya, melalui petugas penyuluh pertanian atau petugas pemberantasan hama, harus lebih giat terjun langsung membantu petani untuk hal itu. Jangan hanya memberi bantuan bibit saja, tanpa diimbangi bimbingan perawatan, akhirnya bibit tersebut mati," ungkapnya.
Petani asal Jiken itu menjelaskan, jika setiap hari ada lebih dari dua truk yang mensuplai buah kelapa dari luar kabupaten Blora, maka bisa hitung pengeluaran warga Blora untuk kebutuhan membeli kepala.
"Logikanya, kalau satu truk berisi 3000 buah kelapa, maka kalau dikalikan dua armada ada 6000 buah kelapa yang masuk Blora. Padahal harganya saat ini mencapai delapan ribu rupiah, berapa pengeluaran warga untuk beli kelapa ? Besar sekali angkanya, Rp 48 juta," jelasnya.
Jika itu dihitung selama satu bulan maka angka pengeluaran mencapai kisaran Rp 1,4 miliar hanya untuk membeli kelapa dari luar Blora. Kondisi tu jika dihitung hanya dua buah truk yang masuk ke Blora untuk mensuplai buah kelapa.
"Itu kalau dihitung dua truk, padahal bisa jadi jumlah truk pengangkut kelapa ke Blora, lebih dari itu," jelasnya.
Sementara itu, dari pantauan di pasar Blora dan Jepon, mahalnya buah kelapa menjelang tradisi kupatan, disebabkan banyak warga yang membeli dan memanfaatkan untuk kuah sayur berbahan santan kelapa.
"Satu buah delapan ribu, bisa dipilih atau langsung kami kupas," kata salah seorang padagang kelapa di pasar ril Blora, Mujilah.
Parjo salah seorang pedagang kelapa di pasar Jepon, mengatakan, banyak warga yang membutuhkan kelapa, diambil santannya untuk kuah sayur. Selain itu naiknya kebutuhan pokok mengiringi juga kenaikan harga kelapa di Blora. (DPPKKI Blora | Ms-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar