![]() |
Salah satu grup menampilkan barongan raksasa saat deklarasi Barongan sebagai kesenian rakyat Blora pada tahun 2009 silam yang dibelakangnya diikuti sekitar 600 grup seni barong. (rs-infoblora) |
BLORA. Selain ajaran Samin Surosentiko, hal unik lain dari Kabupaten Blora,
Jawa Tengah adalah kesenian barongan. Secara umum, kesenian barong atau
akrab disebut barongan merupakan kesenian tradisional di Jawa Tengah.
Namun, kesenian ini paling banyak ditemukan di Blora, dimana di setiap desa atau kelurahan masing-masing memiliki grup kesenian barongan.
Pertunjukan barongan memang hampir sama seperti Reog Ponorogo, namun
hal itu beda dengan barongan Blora, terutama dalam hal pakem cerita dan penokohan yang
menjadi latar cerita dalam pertunjukan tersebut. Kesenian ini sangat unik dan tidak
pernah absen jika ada perayaan seperti pernikahan, khitanan, syukuran,
sedekah bumi dan sebagainya.
Pada tahun 2009, Pemkab Blora dengan 600 lebih kelompok seniman barongan Blora
mendeklarasikan barongan sebagai kesenian masyarakat Blora. Hal itu
dinyatakan berbarengan dengan parade tari barong sebanyak 600 singa
barong di Blora.
Deklarasi itu didentumkan dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten
Blora ke 260 pada tahun 2009. Acara Deklarasi Barongan Blora tersebut
digelar pada 19 Desember 2009 sebagai upaya membumikan barongan Blora.
Menanggapi hal itu, salah satu pecinta dan seniman barongan, Indra Bagus Kurniawan menyatakan bahwa barongan Blora sangat unik dan harus
dibumikan. “Biasanya ditanggap pada saat khitanan, pesta pernikahan atau
acara syukuran,” tutur Indra, Kamis 15 Mei 2014.
Menurut siswa SMA Negeri 1 Blora itu, barongan harus dilestarikan dan
diabadikan, apalagi saat ini banyak pemuda lupa kepada kekayaan
daerahnya sendiri. “Selain barongan, Blora juga punya wayang krucil, tayub dan kentrung,”
tuturnya. Kentrung merupakan itu seperti orang ndalang dan bercerita
sendiri. “Di Blora, pemain kentrung tinggal satu orang yang bisa dan
hampir punah, yaitu di Kecamatan Banjarejo,” ungkapnya.
Di Blora, menurut Indra saat ini yang sedang gencar dilestarikan adalah barongan,
namun sebenarnya banyak kekayaan budaya dan seni yang harus didukung dan
dibumikan oleh Pemerintah Kabupaten Blora. “Jika tayub itu cuma karawitan yang
dijogeti, jika barongan itu lebih mahal dan butuh jutaan rupiah,” tandas
warga Tambahrejo, Tunjungan, Blora itu.
Menurut pemain barongan yang masih SMA itu, satu kali pentas untuk
membayar satu grup barongan bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 7 jutaan. “Itu yang paling
mahal, sedangkan untuk kelas bawah biasanya dari Rp 300 ribu sampai Rp 2 jutaan,”
ungkapnya.
Biaya pentas yang mahal itu karena grup tersebut pernah menjadi
juara di ajang perlombaan. “Tapi untuk kelas menengah ke bawah, masyarakat bisa mendatangkan
grup tersebut ke rumah untuk pentas,” tutur salah satu anggota grup
barongan Singo Muda Blora itu. (rs-infoblora | Hamidullah-HarianJateng)
0 komentar:
Posting Komentar