Home » , » Sebutan Kota Barongan Perlu Terus Dibumikan di Blora

Sebutan Kota Barongan Perlu Terus Dibumikan di Blora

infoblora.id on 16 Mei 2014 | 03.00

Salah satu grup menampilkan barongan raksasa saat deklarasi Barongan sebagai kesenian rakyat Blora pada tahun 2009 silam yang dibelakangnya diikuti sekitar 600 grup seni barong. (rs-infoblora)
BLORA. Selain ajaran Samin Surosentiko, hal unik lain dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah adalah kesenian barongan. Secara umum, kesenian barong atau akrab disebut barongan merupakan kesenian tradisional di Jawa Tengah. Namun, kesenian ini paling banyak ditemukan di Blora, dimana di setiap desa atau kelurahan masing-masing memiliki grup kesenian barongan.

Pertunjukan barongan memang hampir sama seperti Reog Ponorogo, namun hal itu beda dengan barongan Blora, terutama dalam hal pakem cerita dan penokohan yang menjadi latar cerita dalam pertunjukan tersebut. Kesenian ini sangat unik dan tidak pernah absen jika ada perayaan seperti pernikahan, khitanan, syukuran, sedekah bumi dan sebagainya.

Pada tahun 2009, Pemkab Blora dengan 600 lebih kelompok seniman barongan Blora mendeklarasikan barongan sebagai  kesenian masyarakat Blora. Hal itu dinyatakan berbarengan dengan parade tari barong sebanyak 600 singa barong di Blora.

Deklarasi itu didentumkan dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Blora ke 260 pada tahun 2009. Acara Deklarasi Barongan Blora tersebut digelar pada 19 Desember 2009 sebagai upaya membumikan barongan Blora.

Menanggapi hal itu, salah satu pecinta dan seniman barongan, Indra Bagus Kurniawan menyatakan bahwa barongan Blora sangat unik dan harus dibumikan. “Biasanya ditanggap pada saat khitanan, pesta pernikahan atau acara syukuran,” tutur Indra, Kamis 15 Mei 2014.

Menurut siswa SMA Negeri 1 Blora itu, barongan harus dilestarikan dan diabadikan, apalagi saat ini banyak pemuda lupa kepada kekayaan daerahnya sendiri. “Selain barongan, Blora juga punya wayang krucil, tayub dan kentrung,” tuturnya. Kentrung merupakan itu seperti orang ndalang dan bercerita sendiri. “Di Blora, pemain kentrung tinggal satu orang yang bisa dan hampir punah, yaitu di Kecamatan Banjarejo,” ungkapnya.

Di Blora, menurut Indra saat ini yang sedang gencar dilestarikan adalah barongan, namun sebenarnya banyak kekayaan budaya dan seni yang harus didukung dan dibumikan oleh Pemerintah Kabupaten Blora. “Jika tayub itu cuma karawitan yang dijogeti, jika barongan itu lebih mahal dan butuh jutaan rupiah,” tandas warga Tambahrejo, Tunjungan, Blora itu.

Menurut pemain barongan yang masih SMA itu, satu kali pentas untuk membayar satu grup barongan bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 7 jutaan. “Itu yang paling mahal, sedangkan untuk kelas bawah biasanya dari Rp 300 ribu sampai Rp 2 jutaan,” ungkapnya.

Biaya pentas yang mahal itu karena grup tersebut pernah menjadi juara di ajang perlombaan. “Tapi untuk kelas menengah ke bawah, masyarakat bisa mendatangkan grup tersebut ke rumah untuk pentas,” tutur salah satu anggota grup barongan Singo Muda Blora itu. (rs-infoblora | Hamidullah-HarianJateng)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved