BLORA. Penyakit aneh menimpa Indra Prastiwi yang baru berusia tujuh bulan. Balita buah hati pasangan suami istri Zaenal Arifin (27) dan Kurniawati (25) warga RT 02 RW 03 Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Blora. Kulit mukanya luka melepuh, berair, terus menebal dan di bagian tengah luka terus menghitam.
Saudara, kerabat dan tetangganya mengaku iba bila melihat balita yang separuh wajah kirinya mulai bibir, hidung, pipi, telinga hingga hampir menutup mata sebelah kiri itu menderita penyakit aneh yang terus membengkak dan menebal. Balita yang berkulit kuning itu hanya bisa menangis dan merengek.
Lebih sedih lagi kalau melihat mata sebelah kiri kakak kembar Indra Prasetyo (7 bulan) yang semakin hari semakin tidak tampak karena perlahan tertutup penyakit yang berwarna merah kehitaman.
"Kasihan benar luka dimukanya semakin serius," ungkap Sukamto, staf Camat Bogorejo, kemarin.
Sehari-hari, kata Sukamto, balita itu lebih banyak ada di gendongan ibunya. Menurutnya Indri Prastiwi sudah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Rembang dan dokter anak namun tetap tidak membuahkan hasil. Bahkan luka di wajah Indri yang awalnya saat berusia dua bulan hanya berupa bintik kecil merah yang dianggap hal biasa yang disebabkan gigitan serangga atau alergi, kini kondisinya semakin serius dan meluas ke separuh wajah.
"Saya sudah membawanya ke dokter dan Rumah Sakit Rembang, kata dokter tidak apa-apa, tapi kog ya seperti ini," ungkap Kurniawati, ibu balita itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, dr Hj Henny Indriyanti saat dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan tentang balita yang diperkirakan menderita tumor jaringan lunak akibat pembuluh darah yang tidak normal (haemangomia) itu. Dia secepatnya akan turun ke lapangan untuk menemui.
Suntono dan Sukarno warga Bogorejo yang beberapa waktu lalu menengok balita itu, kembali menyarankan orang tuanya agar membawanya kembali ke rumah sakit. Tetapi dengan alasan dana, Zaenal dan Kurniawati hanya pasrah terhadap kondisi luka kulit yang menyerang putrinya itu.
Bagaimana tidak pasrah, bebernya, suaminya yang hanya buruh tani, jelas tidak mungkin membawa anaknya berobat ke dokter spesialis atau rumah sakit besar di Semarang atau Solo. Tunjangan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) juga sulit bisa membantu pengobatan balita malang itu.
Kini Indri hanya di rumah saja. Jangankan berobat jutaan rupiah, untuk makan sehari-hari saja orang tuanya pas-pasan. "Ya seperti ini, mau gimana lagi. Lha wong saya gak punya apa-apa," kata Kurniawati, ibunda Indri. (rs-infoblora | ad-wws)
Saudara, kerabat dan tetangganya mengaku iba bila melihat balita yang separuh wajah kirinya mulai bibir, hidung, pipi, telinga hingga hampir menutup mata sebelah kiri itu menderita penyakit aneh yang terus membengkak dan menebal. Balita yang berkulit kuning itu hanya bisa menangis dan merengek.
Lebih sedih lagi kalau melihat mata sebelah kiri kakak kembar Indra Prasetyo (7 bulan) yang semakin hari semakin tidak tampak karena perlahan tertutup penyakit yang berwarna merah kehitaman.
"Kasihan benar luka dimukanya semakin serius," ungkap Sukamto, staf Camat Bogorejo, kemarin.
Sehari-hari, kata Sukamto, balita itu lebih banyak ada di gendongan ibunya. Menurutnya Indri Prastiwi sudah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Rembang dan dokter anak namun tetap tidak membuahkan hasil. Bahkan luka di wajah Indri yang awalnya saat berusia dua bulan hanya berupa bintik kecil merah yang dianggap hal biasa yang disebabkan gigitan serangga atau alergi, kini kondisinya semakin serius dan meluas ke separuh wajah.
"Saya sudah membawanya ke dokter dan Rumah Sakit Rembang, kata dokter tidak apa-apa, tapi kog ya seperti ini," ungkap Kurniawati, ibu balita itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, dr Hj Henny Indriyanti saat dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan tentang balita yang diperkirakan menderita tumor jaringan lunak akibat pembuluh darah yang tidak normal (haemangomia) itu. Dia secepatnya akan turun ke lapangan untuk menemui.
Suntono dan Sukarno warga Bogorejo yang beberapa waktu lalu menengok balita itu, kembali menyarankan orang tuanya agar membawanya kembali ke rumah sakit. Tetapi dengan alasan dana, Zaenal dan Kurniawati hanya pasrah terhadap kondisi luka kulit yang menyerang putrinya itu.
Bagaimana tidak pasrah, bebernya, suaminya yang hanya buruh tani, jelas tidak mungkin membawa anaknya berobat ke dokter spesialis atau rumah sakit besar di Semarang atau Solo. Tunjangan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) juga sulit bisa membantu pengobatan balita malang itu.
Kini Indri hanya di rumah saja. Jangankan berobat jutaan rupiah, untuk makan sehari-hari saja orang tuanya pas-pasan. "Ya seperti ini, mau gimana lagi. Lha wong saya gak punya apa-apa," kata Kurniawati, ibunda Indri. (rs-infoblora | ad-wws)
0 komentar:
Posting Komentar