WADUK GRENENG : Panorama alam di Waduk Greneng ketika pagi hari tampak asri (foto : Tio-infoBlora) |
Kondisi waduk yang begitu elok tentu akan membuat mata termanjakan. Sebelum masuk waduk, setelah menempuh perjalanan sekitar 12 kilometer dari Kota Blora, hamparan pepohonan jati kampung dan tanaman lain di sepanjang jalan, mengiringi perjalanan. Jalan kecil beraspal akan mengantar pengunjung menyusuri pinggiran waduk.
Bukan hanya waduknya yang melukiskan keindahan, alam di sekitarnya juga menawarjan pemandangan yang indah. Di sekitar waduk yang konon dibangun pada tahun 1919 itu atau lebih muda 3 tahun dari Waduk Tempuran yang dibangun tahun 1916 terlihat ada prasati. Bentuk prasasti berupa tulisan tahun pembuatan waduk itu yang ditulis dengan beton besar-besar sehingga nampak mencolok meskipun dilihat dari kejauhan.
Dengan luas hamparan sekitar 63 herktare dan daya tampung air 2.299.870 meter kubik, tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanah pertanian di sekitar waduk yang sebagian besar merupakan sawah tadah hujan. Berdasarkan papan eksploitasi waduk, sawah yang dialiri waduk ini seluas 251 hektare. Hanya pada musim kemarau, waduk ini menjadi tak berdaya karena debit airnya mulai berkurang.
Miniatur kehidupan juga ada di sekitar waduk ini. Ketika air waduk melimpah, keindahan akan bertambah dengan lalu lintas warga sekitar dengan rakit bambu dan perahu kecil. Mereka beraktifitas mulai berangkat dan pulang bercocok tanam, mancari rumput, mencari kayu bakar dan lainnya dengan menggunakan rakit ataupun perahu. Karena itu seringkali ketika air waduk penuh, banyak warga yang melintasi waduk dengan perahu. Bahkan beberapa masyarakat sekitar menjadikan waduk ini sebagai sumber kehidupan. Sambil menggunakan perahu tradisional, mereka mengayuh dayung menyusuri birunya air waduk sambil mencari ikan di tempat yang telah dipasangi perangkap sebelumnya.
![]() |
NAIK PERAHU : Seorang warga membawa rumputnya dengan naik perahu |
Berbagai barang diangkut di perahu itu seperti kayu bakar, rumput, hasil panen bahkan mesin pengolah tanah diangkut dengan perahu. Sebab perahu satu-satunya alat untuk bisa menyeberang.
Objek Foto
Tak heran bila waduk ini juga menjadi lokasi yang digemari para pecinta fotografi dari Blora. seperti yang dilakukan komunitas Blora Photography Club (BPC) yang sering mengadakan hunting bersama di sekitar waduk untuk memotret keindahan alam dan hangatnya romantisme antara manusia dan alam. "Meski sering memotret disini, tetap saja masih banyak sisi lain yang menarik dan perlu dieksplore. Artinya memang Waduk Greneng semakin menarik," kata Krisna Andi, anggota BPC beberapa waktu lalu. (rs-infoBlora | sumber : Sugie Rusyono - Suara Merdeka)
0 komentar:
Posting Komentar