![]() |
Seni Barongan telah juga membudaya di kalangan warga Blora perantauan |
Sebagian dari mereka berupaya mencari sumber suara tersebut. Namun sebagian pengunjung lainnya tetap bertahan di kursi. Mereka yang bertahan adalah penonton yang sudah bisa menduga suara tetabuhan itu akan mendekat ke Anjungan Jawa Tengah.
Tak berselang lama personel yang menabuh tetabuhan itu justru naik di sekitar pentas Anjungan Jawa Tengah sambil membawa semua tetabuhannya. Ya mereka adalah Kelompok Seni Barongan Singo Kusumo Joyo. Kelompok Seni Barongan ini dimainkan warga Kecamatan Sambong Kabupaten Blora yang sedang merantau di Jakarta dan sekitarnya. Warga Sambong itu tergabung dalam wadah Paguyuban Warga Sambong (Pawarsa).
"Kami sengaja datang kesini untuk ikut memeriahkan Pentas Seni Kabupaten Blora di Anjungan Jawa Tengah TMII. Kami membawa grup Barongan Singo Kusumo Joyo," ujar ketua Pawarsa, Setyoko.
Dia menceritakan, grup Barongan Singo Kusumo Joyo ini berdiri sekitar tahun 2002. Setyoko merupakan ketua keempat setelah Pawarsa dibentuk di Jakarta pada tahun 1975. Diapun sangat antusias menceritakan aktivitas Pawarsa maupun Seni Barongan Singo Kusumo Joyo agar warga Kabupaten Blora tahu sekaligus bekeluh kesah.
"Kami menyadari karena terbentur aturan, grup barongan kami tidak bisa mendapatkan dana bantuan sosial (bansos) dari Pemkab Blora yang setiap tahun dianggarkan untuk membantu grup kesenian termasuk barongan. Namun apakah tidak ada bantuan lain selain bansos itu sehingga kami bisa mendapatkan bantuan dari Pemkab Blora," tanyanya.
Setyoko mengaku dana operasional kesenian Barongannya berasal dari kantong pribadi dan sumbangan dari anggota paguyuban Pawarsa. Proposal yang pernah ditujukan ke Pemkab Blora tidak membuahkan hasil.
"Ya karena aturan itu tadi. Katanya bansos seni budaya hanya bagi grup seni budaya yang ada di Blora, bukan di luar daerah," ujarnya.
Meski tanpa bansos, grup Seni Barongan Singo Kusumo Joyo tetap bisa eksis. Kemampuan para personelnya pun tak kalah dengan grup barongan yang ada di Blora.
"Kami rutin berlatih, biasanya dua pekan sekali," tandas Setyoko yang mengaku dari Desa Sambong.
Latihan rutin tersebut bukan tanpa alasan. Selain guna meningkatkan kemampuan, latihan itu untuk mengakrabkan sesama anggota Pawarsa dan keluarganya. "Ide awal pembentukan grup barongan ini tidak hanya untuk melestarikan budaya Blora tapi juga untuk menarik simpati kaum muda bergabung dalam Pawarsa," kata Setyoko yang telah tinggal di Jakarta selama 21 tahun ini.
Menurutnya banyak anak muda Blora yang merantau di Jakarta dan kota-kota disekitarnya. Namun sebagian dari mereka belum menunjukkan jati dirinya. Setyoko mengatakan lewat grup Seni Barongan Singo Kusumo Joyo ini kaum muda tersebut ingin menunjukkan identitasnya.
"Kalau sudah latihan apalagi pementasan, banyak kaum muda Blora yang berduyun-duyun datang. Kalau sudah seperti itu mereka tidak merasa sendirian dalam perantauan. Berada di Jakarta serasa berada di kampung halaman di Blora," katanya.
Tak mengherankan selain grup Seni Barongan Singo Kusumo Joyo, saat ini di Jakarta juga ada grup Barongan Blora lainnya yang diberi nama Condro Kusumo Joyo. Kedua grup itu kerap tampil di hajatan warga keturunan Blora yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
"Biasanya untuk memeriahkan acara kami mengundang grup Barongan Blora yang ada di Jakarta ini," ujar Gunawan salah seorang warga Blora yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. (rs-infoBlora | Suara Merdeka)
0 komentar:
Posting Komentar