Bupati Djoko Nugroho dan Kepala Dinporabudpar foto bersama dengan enam seniman penjaga kebudayaan Kabupaten Blora. (foto: dok-infoblora) |
BLORA. Dinilai mempunyai peran
yang besar dalam pelestarian seni budaya di Kabupaten Blora, enam
orang pelaku seni dan budaya ini menerima penghargaan dari Bupati
Djoko Nugroho. Mereka adalah Pramugi Prawiro Widjojo, Yanuri
Sutrisno, Adi Wibowo, Sarwi, Margono dan Soesilo Toer.
Piagam penghargaan diserahkan langsung
oleh Bupati Djoko Nugroho dalam acara closing ceremony event Platform
Kebudayaan Indonesiana “Cerita dari Blora” yang dilaksanakan di
Alun-alun Blora, Sabtu malam (15/9/2018) dengan hiburan Wayang Kulit
dan Tayuban.
Bupati mengucapkan terimakasih kepada
enam orang tersebut, yang telah gigih melestarikan potensi seni dan
budaya Blora di tengah majunya perkembangan teknologi. Terlebih
pelestarian seni budaya itu diikuti dengan adanya beberapa inovasi.
“Semoga penghargaan ini bisa memacu
semangat jenengan semua untuk terus melestarikan potensi seni budaya
Blora. Ayo cintai seni budaya lokal kita, karena inilah jatidiri
bangsa. Sebuah bangsa atau negara pasti akan maju tatkala berhasil
memajukan seni budayanya,” tegas Bupati.
Untuk diketahui, Pramugi Prawiro
Widjojo adalah tokoh adat atau sesepuh sedulur sikep (samin) Dukuh
Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong. Lalu Yanuri Sutrisno
adalah sosok pelestari seni kentrung satu-satunya yang masih aktif di
Kabupaten Blora. Ia yang tinggal di Kecamatan Banjarejo ini masih
sering tampil menyampaikan sastra lesannya lewat seni kentrung ke
desa-desa.
Sementara itu, Adi Wibowo atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Mas Didik merupakan aktor pelestari dan
inovasi seni barongan Blora. Di tangan pria asli Kelurahan Kunden
inilah, barongan yang dulunya ditampilkan dengan karakter mistis dan
gaprakan, diubah menjadi sebuah seni pertunjukan yang apik dan
menghibur. Musik pengiring yang hanya tholik thogling, dilengkapi
dengan adanya saron dan slompret.
Adapun Sarwi adalah sinden wayang
krucil senior yang ada di Kabupaten Blora. Di usianya yang sudah 70
tahun ini, ia masih aktif mendampingi pertunjukan wayang krucil yang
keberadaannya sangat jarang dijumpai.
Sosok Margono dikenal sebagai pemandu
joged tayub yang sudah melegenda di Kabupaten Blora. Ia bukan
berperan sebagai ledhek tayub, namun sebagai pemandu atau cucuk
lampah pertunjukan tayub. Margono lah yang menciptakan kostum pemandu
tayub dengan memakai pakaian Arya Penangsang.
Terakhir, Soesilo Toer. Ia adalah adik
sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer yang mendirikan
Perpustakaan Pataba di rumah mas kecil Pram, Jl.Sumbawa Nomor 40
Jetis. Pak Soes (sapaan akrabnya) aktif sebagai penulis dan pelestari
budaya sastra di Kabupaten Blora. (res-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar