![]() |
Rapat Koordinasi Pembangunan Infrastruktur wilayah Perbatasan dipimpin Bupati Djoko Nugroho, Kamis (24/5/2018). (foto: dok-ib) |
Kesepakatan itu terjalin dalam Rapat
Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Wilayah Perbatasan yang dipimpin
Bupati Blora Djoko Nugroho, dan dihadiri Pj Bupati Bojonegoro Dr
Suprianto SH MH, dan Bupati Ngawi yang diwakili Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Hadi Suroso.
Dengan disaksikan Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Tengah, Bappeda Jawa
Timur, dan Bappeda masing-masing Kabupaten. Tiga kepala daerah ini
sepakat melaksanakan pembangunan infrastruktur perbatasan berupa
jalan dan jembatan.
Diantaranya adalah pembangunan Jembatan
Medalem - Ngraho yang menghubungkan akses Kecamatan Kradenan (Blora)
menuju Kecamatan Ngraho (Bojonegoro). Selain itu akan membangun akses
Jalan dan Jembatan di jalur Randublatung - Getas (Blora) tembus ke
Banjarejo - Pitu (Kabupaten Ngawi), dimana akses itu merupakan jalan
utama penghubung desa hutan di wilayah Blora selatan.
Berdasarkan hasil rakor tersebut,
ketiga daerah ingin pembangunan ini bisa dilaksanakan pada tahun 2019
dan mulai disusun rencananya mulai saat ini. Dimana sebagai tahap
awal memerlukan penyusunan kesepakatan antar Pemerintah Provinsi dan
antar Pemerintah Kabupaten, mengingat pembangunan ini melibatkan 3
kabupaten di 2 provinsi.
![]() |
Berlatar belakang peta rencana pembanguna insfrastruktur, Bupati Blora menjelaskan alasan pentingnya membangun wilayah perbatasan. (foto: dok-ib) |
“Posisi geografis Kabupaten Blora
kurang menguntungkan, karena tidak terletak di dua jalur potensial,
tidak pantura dan tidak selatan. Jadi di tengah-tengah. Kondisi ini
semakin tidak menguntungkan karena hampir 50% wilayah Blora adalah
kawasan hutan milik Perhutani. Sehingga kami harus berusaha keras
membuka akses supaya ekonomi bisa tumbuh.” papar Bupati.
Diketahui bersama, Kabupaten Blora memiliki 130 desa yang berada di kawasan hutan, dan semua membutuhkan akses yang baik agar ekonominya bisa berkembang. Salah satunya ditempuh dengan adanya pembangunan jalan perbatasan seperti ini.
“Contoh, warga Desa Getas Kecamatan Kradenan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan ekonomi lebih dekat ke Ngawi yang hanya berjarak 4 kilometer dengan jalan jelek. Sebaliknya jika ingin ke Blora harus menempuh jarak sejauh 60 kilometer. Sehingga Blora dan Ngawi harus sepakat membangun akses kedua wilayah,” lanjut Bupati.
Diketahui bersama, Kabupaten Blora memiliki 130 desa yang berada di kawasan hutan, dan semua membutuhkan akses yang baik agar ekonominya bisa berkembang. Salah satunya ditempuh dengan adanya pembangunan jalan perbatasan seperti ini.
“Contoh, warga Desa Getas Kecamatan Kradenan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan ekonomi lebih dekat ke Ngawi yang hanya berjarak 4 kilometer dengan jalan jelek. Sebaliknya jika ingin ke Blora harus menempuh jarak sejauh 60 kilometer. Sehingga Blora dan Ngawi harus sepakat membangun akses kedua wilayah,” lanjut Bupati.
Begitu juga dengan warga Kradenan dan
Ngraho yang kesehariannya hanya terhubung dengan perahu penyeberangan
dalam melaksanakan aktifitas ekonomi. Mereka membutuhkan jembatan di
Bengawan Solo agar akses semakin lancar dan diyakini bisa mempercepat
pertumbungan ekonomi.
Melalui Rakor ini, diharapkan terwujud sebuah kesepakatan yang konstruktif antara ketiga Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan infrastruktur untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat di kawasan hutan.
Menanggapi hal tersebut, Pj. Bupati Bojonegoro, Dr Suprianto SH MH menyatakan dukungannya terhadap rencana pembangunan tersebut. Pemkab Bojonegoro sendiri sudah menyiapkan studi lapangan untuk pembangunan jembatan Medalem-Ngraho. Namun demikian, pihaknya ingin terlebih dahulu terjalin kesepakatan antar daerah sebagai payung hukum kerjasama pembangunan.
Demikian pula dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi, pihaknya, melalui Kepala Dinas PU, Hadi Suroso juga menyatakan kesediaanya untuk melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Blora dalam pembangunan akses jalan Randublatung-Getas-Banjarejo. Hal ini semata demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Djoko Nugroho sangat menyambut baik kesediaan pihak-pihak terkait, termasuk dari Perhutani dalam upaya rencana pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di kawasan Blora bagian selatan menuju kabupaten tetangga. Selanjutnya, dia meminta OPD terkait untuk segera melakukan hal-hal yang dianggap perlu untuk terwujudnya pembangunan tersebut.
Rakor ini juga dihadiri oleh Kepala Bappeda Blora, Asisten I dan Asisten II Sekda Blora dan Adm KPH Ngawi. (jo-infoblora)
Melalui Rakor ini, diharapkan terwujud sebuah kesepakatan yang konstruktif antara ketiga Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan infrastruktur untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat di kawasan hutan.
Menanggapi hal tersebut, Pj. Bupati Bojonegoro, Dr Suprianto SH MH menyatakan dukungannya terhadap rencana pembangunan tersebut. Pemkab Bojonegoro sendiri sudah menyiapkan studi lapangan untuk pembangunan jembatan Medalem-Ngraho. Namun demikian, pihaknya ingin terlebih dahulu terjalin kesepakatan antar daerah sebagai payung hukum kerjasama pembangunan.
Demikian pula dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi, pihaknya, melalui Kepala Dinas PU, Hadi Suroso juga menyatakan kesediaanya untuk melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Blora dalam pembangunan akses jalan Randublatung-Getas-Banjarejo. Hal ini semata demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Djoko Nugroho sangat menyambut baik kesediaan pihak-pihak terkait, termasuk dari Perhutani dalam upaya rencana pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di kawasan Blora bagian selatan menuju kabupaten tetangga. Selanjutnya, dia meminta OPD terkait untuk segera melakukan hal-hal yang dianggap perlu untuk terwujudnya pembangunan tersebut.
Rakor ini juga dihadiri oleh Kepala Bappeda Blora, Asisten I dan Asisten II Sekda Blora dan Adm KPH Ngawi. (jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar