Parsinah dan kedua anaknya mengumpulkan koran bekas alas sajadah usai sholat ied di Alun-alun Blora. |
Usai pelaksanaan sholat ied di Alun-alun Blora, Parsinah bersama dua
anak perempuannya, Kamis pagi (24/9) langsung mengais lembaran koran bekas yang
berserakan di area trotoar, lapangan hingga jalan sekeliling. Baginya koran
bekas ini bisa menjadi nasi untuk makan.
“Sudah beberapa tahun ini setiap ada sholat ied baik Idul Adha maupun
Idul Fitri di Alun-alun, saya pasti ikut mengumpulkan koran bekas alas sajadah.
Lumayan mas, bisa dijual untuk beli makan sehari. Daripada dibersihkan petugas
kebersihan dan dibuang begitu saja, mending saya kumpulkan lalu dijual ke
tukang rosok,” jelas Parsinah.
Namun, perempuan paruh baya asal Dukuh Dluwangan Kelurahan Kauman ini
mengeluhkan bahwa sekarang jumlah koran tidak sebanyak pelaksanaan sholat Idul
Fitri beberapa bulan lalu. “Mungkin karena banyak yang tidak mudik jadi saya cuma
dapat koran bekas sedikit kali ini,” ungkapnya.
Dia mengaku koran hasil pengumpulannya itu akan dijual di tempat
pengepul rosok dengan harga per kilo Rp 2000,-. “Walaupun hasilnya tak seberapa
, tetap disyukuri mas. Namanya juga hidup apapun yang bisa dilakukan untuk
memperoleh uang halal ya saya lakukan,” lanjut Parsinah.
Hal yang sama juga dilakukan Kusnadi, ia juga mengumpulkan koran bekas
di bagian utara Alun-alun Blora. Karena lebih cekatan dibanding Parsinah, ia
mendapat lebih banyak koran bekas yang dikumpulkan di dekat sepeda ontelnya.
“Sebelum dibersihkan petugas kebersihan, ya begini mas kita duluan yang
ngambil. Istilahnya cepat-cepatan ambil koran. Daripada masuk bak sampah ya
mending saya kumpulkan untuk dirosok,” katanya.
Diketahui bersama, memang saat pelaksanaan sholat ied baik Idul Adha
maupun Idul Fitri di Alun-alun Blora banyak jamaah yang menggunakan koran
sebagai alas sajadah. Mereka menganggap koran lebih praktis dibawa daripada
harus membawa tikar. (tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar