Tradisi manganan atau sedekah bumi di Desa Janjang Kecamatan Jiken, merupakan salah satu agenda tahunan yang menampilkan kesenian langka Wayang Krucil yang selalu dipenuhi warga. |
Padahal di salah satu sisi, paguyuban Persatuan Pedalangan Indonesia
(PEPADI) Kabupaten Blora sedang gencar-gencarnya melakukan pelestarian wayang
kulit melalui agenda wayangan rutin setiap malam Jumat Pon di Pendopo Kabupaten
seperti yang diberitakan beberapa hari lalu. (baca juga – Wayangan Malam Jumat Pon)
M Taufiq salah satu penggemar seni wayang, mengharapkan agar PEPADI
juga mau dan bersedia menggandeng para seniman dalang wayang krucil untuk
bersama-sama melakukan upaya pelestarian seni budaya yang mulai punah ini.
“Saya turut prihatin dengan kondisi seni wayang krucil saat ini. Sudah
jarang generasi penerusnya yang kelak bisa meneruskan kesenian tradisional
tersebut. Semoga PEPADI Kabupaten Blora tidak hanya fokus dalam pelestarian
wayang kulit saja, namun para dalang wayang krucil juga diajak gabung untuk
bersama-sama mengembangkan dunia pewayangan di Blora,” jelasnya.
Meski diiringi dengan gamelan seadanya, penonton tetap antusias menyaksikan pertunjukan wayang krucil di Desa Janjang, Jumat (29/5) lalu. |
Tidak heran setiap pementasan wayang krucil di Desa Janjang Kecamatan
Jiken selalu dipadati penonton. Seperti pada saat digelar Manganan Janjang pada
Jumat (29/5) lalu, ribuan pengunjung acara Manganan Janjang berdesakan menonton
pertunjukan wayang krucil yang digelar di komplek Pesarean Eyang Jatikusumo dan
Eyang Jatiswara sebagai tokoh penyebar Islam di desa setempat.
“Wayang krucil di Kabupaten Blora memang semakin terpinggirkan. Yang
saya tahu pentas wayang krucil yang hingga kini masih eksis ya di Desa Janjang
ini. Setiap digelar tradisi manganan saya selalu datang bersama rekan dan
saudara untuk nonton wayang krucil,” ungkap Agus salah satu warga Jiken yang
Jumat lalu berada di Janjang menonton wayang krucil.
“Kemasan pementasan wayang krucil yang sederhana dan masih sangat
tradisional di Desa Janjang pun sudah bisa menarik ribuan penonton. Apalagi jika
dikembangkan dengan menyesuaikan perkembangan jaman pasti akan lebih menarik,”
tambahnya.
Berdasarkan pengamatan tim info Blora, saat menyaksikan pementasan
Wayang Krucil di Desa Janjang, Jumat (29/5) lalu. Memang pementasan kesenian
tradisional ini masih sederhana. Iringan musik hanya diperoleh dari beberapa
alat gamelan yakni satu kendang, satu gambang, satu gong, kempul, siter dan
gedhok dalang. Tidak memakai gamelan karawitan secara lengkap.
Sementara itu, H Sukarno ketua PEPADI Kabupaten Blora menanggapi
positif masukan yang diberikan masyarakat agar bisa ikut melestarikan wayang
krucil di Kabupaten Blora. “Ini usulan bagus, sesama seniman dalang memang
sudah seharusnya saling mendukung. Nanti akan kami usahakan agar wayang krucil
juga bisa untuk ditampilkan di beberapa acara agar keberadaannya tidak hilang
ditelan jaman,” bebernya. (rs-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar