![]() |
Gadis asal Blora berinisial Mg ditangkap Satpol PP Klaten saat berada di hotel bersama pria hidung belang. |
KLATEN. Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Klaten yang dibantu tentara dan polisi, Selasa (12/5/2015)
siang, merazia kamar-kamar lima hotel di wilayah Kecamatan Jogonalan dan
Prambanan yang tengah disewa tamu. Sebanyak 21 tamu hotel di Klaten itu
ditangkap, seorang di antara mereka disangka sebagai pelacur online.
Pelaksana tugas (Plt)
Kepala Satpol PP, Rabiman, menyatakan razia yang dilakukan jajarannya sebagai
upaya memberantas penyakit masyarakat. Perda No. 27/2002 tentang Larangan
Pelacuran disebutnya sebagai dasar hukum jajarannya menyisir lokasi usaha
perhotelan di Klaten itu.
“Ada 10 pasangan tak
resmi yang didapati di dalam kamar hotel. Satu orang pria sendirian di dalam
kamar. Satu wanita melarikan diri,” papar Rabiman terkait hasil razia yang
dilakukan jajarannya terhadap jasa yang diberikan usaha perhotelan di Klaten
itu.
Salah seorang wanita
yang terjaring dalam razia itu diduga menawarkan jasa prostitusi melalui media
sosial (medsos). Dalam razia itu, 21 orang ditangkap petugas gabungan dari
Satpol PP, kepolisian, dan TNI. Dari jumlah orang yang ditangkap, terdapat 10
pasangan tak resmi.
Perempuan
muda yang mengaku berinisial Mg dan diduga menawarkan jasa prostitusi melalui
media sosial (medsos) itu baru berusia 16 tahun. Anak baru gede (ABG) asal
Blora itu ditangkap bersama seorang pria di salah satu hotel yang berada di
wilayah Klaten kota.
Meski sempat mengelak
mereka sedang berkencan, keduanya tetap dibawa aparat ke kantor Satpol PP. Saat
ditanya, Mg mengaku selama empat bulan ini memanfaatkan akun Facebook sebagai
sarana menyebar nomor ponsel.
Melalui obrolan
pribadi di Facebook atau komunikasi melalui ponsel, Mg mengatakan kerap diajak
kencan. “Tidak semuanya mengajak ngamar. Ada yang
hanya jalan-jalan, makan, atau sekadar memberi uang saja,” kata dia.
Mg mengaku awalnya
masuk dunia prostitusi ikut seorang muncikari. Namun, lantaran tak betah ia
keluar dan kerap diajak kencan melalui medsos atau komunikasi ponsel.
Mg beralasan terlibat
dalam prostitusi lantaran terhimpit kebutuhan ekonomi.
“Orang tua saya sudah
bercerai. Saya kemudian pergi ke Semarang menjadi anak jalanan. Lalu saya
bertemu teman yang awalnya menawarkan pekerjaan sebagai pemandu karaoke, tetapi
justru menjadikan saya seperti ini,” ungkapnya. (taufiq-solopos | jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar