![]() |
Mahasiswa dan dosen Poltekkes Kemenkes kampus IV Blora bergantian membubuhkan tanda tangan pada kain sebagai komitmen menjauhi HIV/AIDS dan tidak melakukan seks bebas. |
Mereka bersama-sama membubuhkan tanda tangan pada kain sebagai salah satu bentuk komitmen menghindari penularan HIV AIDS dengan tidak melakukan seks bebas sebelum nikah.
“Jauhi penyakitnya, tapi jangan jauhi orangnya,” tegas Ratna Mayasari, Ketua Himpunan Mahasiswa Kampus Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Kampus 4, di Blora, Senin.
Suasana penuh keceriaan saat mahasiswa dan dosen bersama-sama membubuhkan tanda tangan setelah melakukan senam yang dipandu oleh salah seorang instruktur. Mereka adalah mahasiswa program studi keperawatan dan kebidanan Blora tingkat satu dan lima. Mahasiswa tersebut juga saling menyematkan pita merah, mendukung Hak Asasi Manusia yang bebas Aids.
Pada kesempatan yang sama, Suhardono, S.Keb, salah seorang dosen di kampus setempat mengatakan, penyakit AIDS masih menjadi perhatian serius sebab tingkat bahayanya bagi kesehatan manusia bisa mengancam keselamatan jiwa.
“Sesuai tema HAS tahun 2014 adalah Cegah dan lindungi diri, keluarga dan masyarakat dari HIV-AIDS dalam rangka perlindungan HAM, sebab Peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2014 di Indonesia, masih dihantui penularan penyakit mematikan itu, ” tandasnya.
Dikutip dari JPNN.Com, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, data per September 2014 menyebutkan risiko penularan AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual. Seks berisiko di antaranya adalah pemuasan nafsu di lokasi prostitusi.
"Tidak tanggung-tanggung risiko penularan AIDS dari hubungan seks berisiko ini mencapai 67 persen," katanya saat dihubungi di Jakarta kemarin.
Sementara itu penularan AIDS yang lainnya adalah dari ibu positif HIV (virus penyebab AIDS) ke anaknya (4 persen).
Sementara itu, Tjandra membeber kelompok paling banyak kasus AIDS adalah ibu rumah tangga. Dari catatan per September 2014, jumlah ibu-ibu yang terjangkit AIDS mencapai 6.539 orang. Pemicu utama penularan AIDS pada ibu-ibu rumah tangga ini adalah dari hubungan seks dengan suaminya.
Data Kemenkes terkait kasus HIV-AIDS yang dilaporkan 1 Januari sampai 30 September adalah, 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS. Tjandra mengatakan orang yang terpapar HIV hingga positif terkena AIDS membutuhkan waktu 2-15 tahun.
Untuk menekan kasus AIDS di Indonesia, Tjandra mengatakan Kemenkes sudah mengeluarkan enam cara pencegahan. Yaitu, konsultasi ke dokter dan melakukan pengetesan apakah positif AIDS atau tidak.
Kemudian memakai kondom untuk aktivitas seks berisiko, sirkumsisi (khitan/sunat), obat ARV pencegahan, pencegahan untuk pengguna jarum suntik (penasun), dan pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA).
Tjandra mengatakan layanan HIV-ADIS yang aktif melaporkan ada 1.391 layanan konseling dan tes HIV. Kemudian ada 182 kegiatan pelayanan PPIA. "Kemenkes akan terus menggencarkan upaya-upaya menekan penyebaran AIDS di Indonesia," jelas dia.
Jumlah kumulatif kasus infeksi HIV tertinggi ada di DKI Jakarta dengan 32.249 kasus. Kemudian disusul Jawa Timur (19.249 kasus) dan Papua (16.051 kasus). Sedangkan kasus AIDS tertinggi ada di Papua dengan 10.184 kasus. Kemudian disusul Jawa Timur (8,976 kasus) dan DKI Jakarta (7.477 kasus). (DPPKKI-Tg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan Saran serta masukan sangat berharga demi akuratnya informasi dalam portal infoblora.id ini.