![]() |
Bupati Djoko Nugroho mengungkapkan komitmennya untuk membantu petani tebu yang hasil panenya tidak bisa terserap ke Pabrik Gula PT.GMM, saat menghadiri sidang paripurna DPRD awal pekan lalu. |
BLORA. Bupati Djoko Nugroho prihatin dengan nasib petani tebu di
Kabupaten Blora. Sebab pabrik gula (PG) milik PT.GMM yang ada di Blora tidak
mampu menyerap sepenuhnya tebu milik petani.
Ternyata janji PG PT.Gendhis Multi Manis (GMM) tidak bisa
direalisasikan. Presiden Direktur PT GMM Kamajaya pernah berucap akan menyerap
semua tebu di wilayah ini. Kenyataannya janji tersebut meleset, dan kondisi ini
membuat prihatin Bupati Blora Djoko Nugroho.
Perasaan
tersebut diungkapkan saat memberikan sambutan di depan anggota DPRD dalam
sidang paripurna awal pekan ini. Bupati yang akrab disapa Kokok mengatakan, akan
melakukan upaya yang serius untuk menangani nasib para petani tebu yang
hasil panennya belum bisa ditampung oleh pabrik gula Gendhis Multi Manis
(GMM) yang sudah berproduksi di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan.
Kondisi
ini menyebabkan para petani tebu di Blora terpaksa menjual hasil panennya ke
luar daerah, sehingga otomatis menambah ongkos transport.
”Keberadaan pabrik gula di Blora pada awalnya adalah kita yang
membuka aksesnya, tetapi disadari bahwa semua hasil panen tebu tidak semuanya
dibeli oleh PT.GMM, ada beberapa alasan teknis yang membuatnya
demikian,” kata Bupati Blora, kemarin, ketika menyampaikan jawaban
pemandangan Fraksi-Fraksi DPRD Blora.
Pihaknya akan terus berupaya melakukan negosiasi kepada PT. GMM
dan memperjuangkan nasib petani tebu di wilayah setempat, sehingga tidak
dijualnya ke luar daerah yang menyebabkan ongkos angkut bertambah.
Pada kesempatan yang sama, Bupati juga menjawab pemandangan
Fraksi-Fraksi DPRD Blora terkait buku ajar pendidikan yang distribusinya
sebagian masih terlambat. ”Semua akan diupayakan, saya perintahkan kepada SKPD
agar melakukan apa yang seharusnya dilakukan,” tandasnya.
Sementara beberapa waktu lalu, pabrik gula Gendhis Multi
Manis (GMM) memberi iming-iming kepada petani tebu. Yakni untuk meningkatkan
serapan produksi tebu, pihaknya berani membayar lebih tinggi hasil tebu petani.
Bahkan dirinya menjamin harga yang dipatoknya lebih tinggi daripada PG di luar
wilayah ini.
”Kami
berani membeli Rp 50 ribu per kwintal. Sementara di perusahaan lainnya seperti
di Pati hanya berani membeli Rp 40 ribu per kwintal,” ungkapnya. (eko-RK/JP |
rs-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar