Home » , » Kondisi Jembatan Darurat di Ds.Giyanti Kec.Sambong Dikeluhkan Warga

Kondisi Jembatan Darurat di Ds.Giyanti Kec.Sambong Dikeluhkan Warga

infoblora.id on 14 Okt 2013 | 01.57

RAWAN AMBROL : Jembatan darurat menuju Desa Giyanti membahayakan
pengguna jalan karena hanya diberi satu gorong-gorong.
BLORA. Jembatan darurat di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah sebagai pengganti jembatan utama yang diperbaiki dikeluhkan warga. Sebab disamping jembatan yang melintasi sungai itu kurang tinggi, juga rawan longsor.

Pembangunan jembatan penghubung menuju Desa Giyanti itu merupakan satu paket pembangunan peningkatan jalan mulai dari Ngroto, Kecamatan Cepu hingga Desa Giyanti. Dengan total anggaran senilai Rp 2,3 milyar dari APBD Blora yang dikerjakan CV. Cengkir Gading Cepu.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Rusdianto, mengatakan, jembatan darurat itu merupakan satu-satunya akses pelajar dan warga Giyanti setiap hari. Namun konstruksi bangunan jembatan darurat sangat mengkhawatirkan.

"Coba bayangkan, membuat jembatan darurat yang melintasi sungai yang rawan banjir, cuman pakai satu lobang dekker diameter 80 cm. Jelas ndak akan mampu mengalirkan air sungai yang arusnya deras saat hujan datang," katanya, Minggu (13/10/2013).

Totok, demikian akrab disapa menilai, pelaksana proyek seperti tidak faham lokasi yang digarap. Karena jembatan daruratnya itu dibuat lebih rendah dari perkiraan air sungai kala banjir.

"Nanti kalau hujan deras atau ada banjir dadakan pasti jembatan darurat itu tidak akan mampu menahan air. Dikhawatirkan ambrol," tegas dia.

Dia menerangkan, saat ini kondisi dekker yang digunakan sudah retak semua dan dipasang bambu sebagai penahan agar tidak ambrol. Padahal jembatan darurat itu belum digunakan karena jembatan utama belum dibongkar. Jika jembatan darurat dioperasikan dipastikan tidak akan kuat menahan beban saat dilintasi warga untuk beraktifitas.

"Idealnya jembatan darurat itu terbuat dari glugu atau kayu.

Disamping konstruksinya kuat. Aliran air sungai juga akan lancar," saran Totok.

Totok mengaku, pernah menyarankan hal itu kepada pelaksana proyek, namun tidak ditanggapi.

Padahal saat hujan tak deras beberapa hari lalu, jalan menuju jembatan darurat becek dan tidak bisa dilalui. Apalagi jika jembatan itu sampai ambrol tergerus arus sungai.

Bila akses jalan utama tidak bisa dilalui, lanjut dia, warga dan anak sekolah akan kebingungan beraktifitas. Karena untuk bisa pergi ke Cepu, pelajar harus memutar melalui Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro yang jarak tempuhnya 3 kali lipat.

"Diperkirakan pengecoran jembatan utama yang diperbaiki hingga dapat dilewati memakan waktu sebulan lebih. Padahal bulan depan diperkiraan sudah memasuki musim penghujan," ujar Totok.

Dia berharap, sebelum jembatan utama dibongkar, agar pelaksana proyek membangun jembatan darurat yang lebih kokoh.(ali - SuaraBanyuurip.com | Ms-infoblora)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved