Bupati Djoko Nugroho (bercaping) mendampingi Dirjen Hortikultura saat panen raya di sawah Desa Tanjung Kecamatan Kedungtuban. (foto: dok-ib) |
Hal itu diungkapkan
oleh Bupati Djoko Nugroho saat menghadiri panen raya padi bersama
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI, Dr. Ir. Spudnik Sujono
K, MM di Desa Tanjung Kecamatan Kedungtuban, Jumat (19/1/2018) lalu.
Menurut Bupati,
Blora saat ini pun tidak mengalami kelangkaan beras. Masyarakat masih
mudah membeli beras dan tidak ada keluhan seperti yang diberitakan
media di Jakarta.
“Tahun 2017
kemarin Blora surplus beras terbanyak ketiga se Jawa Tengah, bahkan
mengirim bantuan beras ke Rohingnya dan Afrika. Ini bukti bahwa Blora
sudah swasembada beras. Apalagi Januari ini sudah mulai panen lagi,
sehingga kami tidak setuju dengan rencana impor beras yang akan
dilaksanakan pemerintah,” tegasnya.
Ia tidak ingin
dengan adanya beras impor maka harga gabah petani akan anjlok.
Akibatnya petani yang dirugikan, karena biaya produksi sejak tanam
hingga panen sudah tinggi.
Untuk diketahui,
saat ini harga Gabah Kering Panen (GKP) di pasaran berada di kisaran
Rp 5000-5200 per kilogram. Sehingga petani mendapatkan keuntungan
yang layak.
Sementara itu,
Kepala Dinas Pertanian Ir. Reni Miharti M.Agr.Bus memprediksi puncak
musim panen di Kabupaten Blora akan berlangsung pada bulan Februari
sehingga jangan sampai saat puncak panen ada beras impor yang masuk.
“Sesuai arahan Pak
Bupati, kami dari Blora menolak adanya beras impor,” terangnya.
(res-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar