beberapa tamu dari Jepang mengunjungi kerajinan gembol jati milik Firdaus di Jepon. (foto: dok-ib) |
Seperti yang ada di rumah Firdaus (47)
Kelurahan Jepon, kecamatan Jepon. Ratusan gembol jati disulap dengan
apik dan teliti menjadi berbagai bentuk kerajinan mulai furniture,
ukiran, patung hingga ornamen ragam hias dinding yang mewah.
Karena nilai seninya yang tinggi,
beberapa kali tamu tamu daerah dari luar kota dan luar negeri sengaja
datang ke rumah produksinya bersama Bupati Djoko Nugroho untuk
melihat lihat dan membeli produk kerajinan gembol khas Blora ini.
Firdaus saat dihubungi, Rabu
(20/9/2017) lalu mengungkapkan bahwa ciri khas ukir gembol Blora
berbeda dengan Kabupaten lain seperti, Bali, Jepara maupun
Bojonegoro. Ciri khas olahan bonggol jati dari Blora tidak
meninggalkan bentuk asli bonggol. Bentuk ukirannya selalu dilihat
dari tekstur akar jati yang akan diolah.
Firdaus pun menyulap bonggol yang
berumur ratusan tahun menjadi sebuah ukiran bercerita, ekspresif dan
bentuk abstrak hewan. Salah satu ukiran bercerita adalah ukiran Jaka
Tarup. Ukiran seharga Rp 300 juta itu dipesan oleh mantan Presiden
Republik Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dari Firdaus,
SBY sudah memesan ukiran dari bonggol jati sekitar 100 unit lebih.
“Yang dijual merupakan ukiran yang
dipadukan dengan bentuk asli motif bonggol (akar) jati,” ujar
Firdaus kepada awak media peserta Lokakarya SKK Migas-KKKS Wilayah
Jabanusa, di Blora beberapa waktu lalu.
Bisnis pengolahan limbah kayu jati ini
mendapat dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Blora. Sebagai bentuk dukungan tersebut, Pemkab membuat kebijakan
yang melindungi para perajinnya.
“Kayu sebagai bahan dasar kerajinan,
berasal dari limbah akar jati yang ada di Blora,” kata pria yang
mengaku pernah hidup di jalanan bertahun-tahun ini.
Bisnis pengolahan limbah kayu tersebut
kini mengincar pembeli dari luar negeri, mulai Jerman, Inggris dan
Amerika Serikat. Saat ini, Firdaus telah memiliki 20 gudang untuk
menampung barang-barang hasil produksinya. Dari kerajinan tersebut,
dia bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Dari
olahan tangannya, harga seni ukir itu mencapai Rp100 ribu hingga Rp1
miliar.
“Sebagian besar dari penghasilan ini
digunakan untuk hak anak yatim,” pungkasnya. (rsmg | jo-ib)
0 komentar:
Posting Komentar