BLORA. Jeritan petani Blora akibat
jebloknya harga gabah sejak seminggu lalu langsung direspon
Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini Bupati Djoko Nugroho dan Dinas
Pertanian Ketahanan Pangan (DPKP). Setelah mendapatkan laporan dari
lapangan tentang jatuhnya harga gabah pasca panen, Bupati langsung
mengajak Bulog menggelar rapat koordinasi “satu meja” antara
Pemkab dengan Bulog Subdivre Pati di ruang pertemuan gudang Dolog
Tempellemahbang Jepon, Blora, Selasa (7/2/2017).
Dalan rapat koodinasi (rakor) yang
dikemas dalam sosialisasi pengadaan dalam negeri Subdivre Pati tahun
2017 tersebut, salah satu peserta rakor yang bernama Singgih Hartono
membeberkan bahwa banyak petani Blora yang saat ini sedang menjerit
karena gabah kering panen (GKP) hanya laku dijual Rp 2.500 hingga Rp
2.900 perkilogram.
Padahal GKP yang dipatok pemerintah
dari petani seharga Rp 3.700 per kilogram. Selain itu, dia juga
mengungkapkan, cuaca buruk, hujan, angin, dan seringnya matahari
tertutup mendung, membuat gabah petani rusak, dan tidak laku dijual.
![]() |
Suasana rapat koordinasi penyerapan gabah oleh Bulog secara langsung agar harga gabah tidak dipermainkan tengkulak. (foto: ip-infoblora) |
Sementara itu Kepala DPKP Kabupaten
Blora Ir.Reni Miharti M.Agr Bus, juga mendesak Bulog turun menyerap
gabah/beras petani baik melalui mitra kerja Bulog atau satgas yang
ada.
“Puncak panen padi segera tiba, dan
padi yang siap panen pada Februari-Maret 2017 mencapai 41.000 hektar.
Kami minta Bulog bisa langsung turun ke persawahan,” tandas Reni
Miharti.
Di forum itu, Bupati Blora Djoko
Nugroho mendesak Bulog segera melangkah menyerap padi petani, agar
realisasi pengadaan di Blora lebih meningkat dibanding tahun
sebelumnya. Sebab target penyerapan gabah/padi pada 2016 sebanyak
15.000 ton, terelasasi 22.000 ton.
“Produksi beras Blora terbesar di
wilayah Subdivre Pati, sehingga harus dikirim ke Kedu, Pekalongan,
Kalimantan, dan Sumatra. Oleh karena itu penyerapan gabah oleh Bulog
harus digalakkan. Jangan mengandalkan tengkulak yang suka
mempermainkan harga,” tegasnya.
Demikian juga dengan target 2017 yang sebanyak 21.630 ton, Bupati Blora optimis realisasinya akan lebih tinggi dibanding 2016, yakni sekitar 25.000 sampai 26.000 ton. Hal ini berdampak pada gudang Dolog yang ada di Blora tidak mampu menampung, dan harus dikirim ke luar daerah.
Untuk itu, Bupati Blora mendesak Bulog
untuk merealisasi usulan penambahan gudang, karena fasilitas yang ada
saat ini space-nya hanya mampu menampung 8.500 ron beras, sehingga
harus menyewa pada pihak ketiga (swasta).
Mendapat desakan agar segera turun
menyerap gabah/beras petani agar harga membaik, Kepala Bulog Subdivre
Pati dengan wilayah kerja Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, A.
Kholisun, menegaskan satgas bersama mitra kerja Bulog (MKB) segera
melakukan pengadaan penyerapan mulai pekan depan.
“Untuk kepentingan penyerapan gabah itu, maka kini kami gelar sosialisasi ini untuk persiapan penyerapan gabah/beras petani, pekan depan kami segera turun,” jelasnya.
Soal gudang Dolog Blora yang sudah
tidak lagi mampu menampung gabah/beras petani, diakuinya sudah
diusulkan ke Bulog pusat, tapi sampai saat ini belum direalisasi.
Solusi sementara yang ditawarkan adalah menyewa gudang milik swasta,
karena gudang yang ada hanya mampu menampung 8.500 ton.
(ip-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar