Aulia (5) salah satu bocah dari puluhan tuna daksa yang menerima bantuan kaki palsu di Bappeda Blora. (foto: teg-ib) |
Bekerjasama dengan Yayasan Peduli Tuna
Daksa, pelaksanaan kegiatan sosial pembagian kaki palsu digelar di
Gedung Bappeda dengan dipimpin langsung oleh Kepala Bappeda Blora Ir.
Sutikno Slamet didampingi Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Sri Handoko.
Setidaknya ada 68 orang anggota
komunitas difabel Blora Mustika yang menerima bantuan kaki palsu dan
sebagian tangan palsu. Tidak hanya orang dewasa aja, difabel anak
juga menerima bantuan ini dengan harapan masa depannya bisa lebih
cerah dan bersemangat meraih cita-cita.
Seperti yang dialami Aulia (5) bocah
asal Desa Mojowetan Kecamatan Banjarejo, ia sejak kecil dilahirkan
cacat dengan kondisi kaki kiri mengerdil dan tangan kanan tidak
tumbuh. Setelah menerima bantuan kaki palsu ini, ia mengungkapkan
rasa kegembiraannya karena sudah tidak butuh bantuan tongkat lagi
untuk berjalan.
“Senang bisa dapat batuan kaki palsu
gratis. Sebelumnya saya pakai bantuan tongkat. Sekarang tongkatnya
tidak dipakai lagi,” ucap Aulia ketika ditanyai awak media, sambil
dipasangi kaki palsu oleh petugas, Selasa (31/1).
Begitu juga dengan difabel lainnya,
mereka tampak gembira bisa menerima bantuan alat bantu kaki palsu dan
tangan palsu sehingga bisa beraktifitas layaknya orang normal.
“Terimakasih, teman-teman sudah diberikan bantuan gratis ini.
Semoga bisa bermanfaat,” ucap Kandar, wakil Ketua Komunitas Difabel
Blora.
Ia mengungkapkan, di Kabupaten Blora
secara total terdapat kaum difabel sebanyak 520 orang. Dimana ke 520
orang tersebut memiliki keterbatasan fisik yang berbeda-beda sehingga
tidak semuanya membutuhkan kaki palsu.
Kepala Bappeda Blora, Ir Sutikno Slamet
berharap bantuan kaki palsu dan tangan palsu tersebut bisa membantu
para penyandang difabel agar bisa beraktifitas layaknya orang normal
pada umumnya. “Dengan menggunakan alat bantu ini, semoga semangat
hidupnya bertambah dan mampu berkarya secara mandiri. Buang jauh rasa
malu dan minder,” tegasnya.
Adapun Sroi Handoko Kepala Dinas
Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengakui jika
belum semua penyandang difabel menerima bantuan. “Ini memang belum
semuanya, akan kita usahakan bertahap. Selain bantuan kaki dan tangan
palsu, kita upayakan untuk memberikan pelatihan wirausaha agar mereka
bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri,” jelas Sri Handoko.
Seperti tahun lalu, kaum difabel Blora
menurutnya telah diberikan pelatihan membatik agar bisa membuka usaha
kerajinan batik. Tahun ini dan tahun depan akan disusun pelatihan apa
yang tepat untuk kaum difabel. (ip-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar