![]() |
Gereja Katolik Santo Pius X Blora yang lebih dikenal sebagai Gereja Kapal karena bentuk bangunan menyerupai kapal. |
BLORA. Ribuan umat Kristen dan Katolik di dunia ini
merayakan Natal 2014. Tak terkecuali di Kabupaten Blora. Memaknai Natal antara
lain mengingat kepada Tuhan, bahwa dengan cinta kasih NYA manusia harus saling
menghargai dan rela menolong. Natal juga sebagai kelahiran jiwa yang bersih
karena dosa umat dihapus oleh Tuhan.
Salah satu gereja yang digunakan untuk Natalana adalah Gereja Katolik Paroki Santo Pius X. Gereja tersebut merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten Blora.
Kamis, 25 Desember 2014, ribuan umat Katolik di Blora merayakan Misa Natal di gereja tersebut, sejak banguan ibadah itu didirikan pada 28 Oktober 1969.
Di depan pintu masuk, terbentang spanduk bertuliskan ucapan Selamat Natal 2014 dan Tahun Baru 2015.
Ada kalimat relegius yang tertulis di bawah ucapan terebut, yakni “Berjumpa dengan Allah dalam keluarga”.
Sementara Posko pengamanan Natal berada di sisi kiri gereja atau dekat dengan pintu masuk.
Keberadaan Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Katolik di Blora. Nilai seni arsitektur bangunan itu, menjadi kebanggaan yang mengagumkan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora atau sering disebut gereja kapal karena bentuk bangunannya menyerupai kapal, berada di Jalan Pemuda nomor 42 Blora. Ribuan umat Katolik yang tersebar di Blora khususnya hampir semua pernah beribadah di Rumah Allah tersebut. Jika masuk di dalamnya, seperti berada dalam kapal yang selalu siap berlayar menebarkan kebaikan sebagaimana ajaran agama Katolik bagi umatnya.
Rumah Allah itu tidak hanya menjadi kebanggaan umat Katolik, tetapi keberadaannya sekaligus menjadi bukti sejarah dan salah satu identitas Pemerintah Kabupaten Blora. Dibangun pada 28 Oktober 1969, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Di bawah keuskupan Surabaya.
Pada salah satu sisi tembok tertempel prasasti peresmian oleh MGR. A.J Dibjokarjono Pr dari keuskupan Surabaya setelah direnovasi bangunannya pada 19 Maret 1983. Bangku-bangku gereja tertata dan terawat rapi, selalu menjadi saksi ketika umat Katolik khusuk menjalankan ibadahnya.
“Masyarakat Blora heterogen, jadi kami pun melakukan apa yang seharusnya kami lakukan dalam siar agama, kami selalu hidup berdampingan dan saling menghormati antar dan sesama umat beragama,” kata Romo Kepala Paroki Gereja Katolik Paroki Santo Pius X, Agustinus Sugiyanto,CM, di Blora, baru-baru ini.
Masih menurut Romo Kepala Paroki asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, sebagai yang dituakan dalam kepemimpinan umat Katolik di Gereja Katolik Paroki Santo Pius X, dirinya berusaha menebarkan ajaran-ajaran agama Katolik yang tujuannya meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Tuhan.
“Pengelolaan gereja sepenuhnya dilakukan secara swadaya oleh umat Katolik , jadi tidak benar kalau keberdaan kami mendapatkan bantuan dari luar negeri, semua dilakukan secara swadaya,” ujarnya.
Wajar, bagi Romo Agustinus Sugiyanto,CM jika menghendaki dan berharap pemerintah Kabupaten Blora juga ikut andil dalam pengelolaan dan perawatan, sebab Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora merupakan salah satu aset tempat ibadah bernilai sejarah diantara sejumlah tempat ibadah agama lainnya.
“Jika terlihat rapi, bersih dan nyaman, yang bangga kan pemerintah kabupaten juga, apalagi letaknya di jalan protokol. Semoga Natal tahun ini menjadikan umat Katolik lebih mempertebal tingkat keimanan dan ketaqwaan, ”kata dia.
Jika ada warga Blora atau umat Katolik atau agama lainnya yang bermaksud berkunjung, selalu disambut dengan ramah dan santun oleh petugas gereja. Bahkan tidak keberatan jika dimintai tentang catatan penting sejarah paroki di Blora.
Dari catatan penting berjudul Kronik Sejarah Paroki Blora (sementara) terurai sederetan peristiwa mulai tahun 1908 hingga 2008.
Sejarah memilukan terjadi pada tahun 1982, tepatnya pada 10 April Jumat Agung dini hari, api membakar gedung gereja kebanggaan umat Katolik dan masyarakat Blora. Saat itu yang menjadi pastor paroki adalah Romo Carlo Liberi,CM. Kebakaran terjadi diduga akibat hubungan pendek arus listrik yang akan digunakan digunakan untuk perayaan Paskah pada tahun ini.
Karena gereja terbakar, maka perayaan Malam Paskah dilaksanakan di Markas Komando Distrik Militer (KODIM) 0721 Blora, selanjutnya umat merayakan Ekaristi di gedung DPRD Blora.
Pada tanggal 15 Agustus 1982, gedung gereja yang habis terbakar dibangun kembali dengan mempertahankan bentuk yang lama meskipun beberapa diantaranya ada perubahan dan selesai dibangun pada 19 Maret 1983. Peresmian oleh MGR. A.J Dibjokarjono Pr, Uskup Surabaya. (DPPKKI Kab Blora | tg.)
Salah satu gereja yang digunakan untuk Natalana adalah Gereja Katolik Paroki Santo Pius X. Gereja tersebut merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten Blora.
Kamis, 25 Desember 2014, ribuan umat Katolik di Blora merayakan Misa Natal di gereja tersebut, sejak banguan ibadah itu didirikan pada 28 Oktober 1969.
Di depan pintu masuk, terbentang spanduk bertuliskan ucapan Selamat Natal 2014 dan Tahun Baru 2015.
Ada kalimat relegius yang tertulis di bawah ucapan terebut, yakni “Berjumpa dengan Allah dalam keluarga”.
Sementara Posko pengamanan Natal berada di sisi kiri gereja atau dekat dengan pintu masuk.
Keberadaan Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Katolik di Blora. Nilai seni arsitektur bangunan itu, menjadi kebanggaan yang mengagumkan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora atau sering disebut gereja kapal karena bentuk bangunannya menyerupai kapal, berada di Jalan Pemuda nomor 42 Blora. Ribuan umat Katolik yang tersebar di Blora khususnya hampir semua pernah beribadah di Rumah Allah tersebut. Jika masuk di dalamnya, seperti berada dalam kapal yang selalu siap berlayar menebarkan kebaikan sebagaimana ajaran agama Katolik bagi umatnya.
Rumah Allah itu tidak hanya menjadi kebanggaan umat Katolik, tetapi keberadaannya sekaligus menjadi bukti sejarah dan salah satu identitas Pemerintah Kabupaten Blora. Dibangun pada 28 Oktober 1969, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Di bawah keuskupan Surabaya.
Pada salah satu sisi tembok tertempel prasasti peresmian oleh MGR. A.J Dibjokarjono Pr dari keuskupan Surabaya setelah direnovasi bangunannya pada 19 Maret 1983. Bangku-bangku gereja tertata dan terawat rapi, selalu menjadi saksi ketika umat Katolik khusuk menjalankan ibadahnya.
“Masyarakat Blora heterogen, jadi kami pun melakukan apa yang seharusnya kami lakukan dalam siar agama, kami selalu hidup berdampingan dan saling menghormati antar dan sesama umat beragama,” kata Romo Kepala Paroki Gereja Katolik Paroki Santo Pius X, Agustinus Sugiyanto,CM, di Blora, baru-baru ini.
Masih menurut Romo Kepala Paroki asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, sebagai yang dituakan dalam kepemimpinan umat Katolik di Gereja Katolik Paroki Santo Pius X, dirinya berusaha menebarkan ajaran-ajaran agama Katolik yang tujuannya meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Tuhan.
“Pengelolaan gereja sepenuhnya dilakukan secara swadaya oleh umat Katolik , jadi tidak benar kalau keberdaan kami mendapatkan bantuan dari luar negeri, semua dilakukan secara swadaya,” ujarnya.
Wajar, bagi Romo Agustinus Sugiyanto,CM jika menghendaki dan berharap pemerintah Kabupaten Blora juga ikut andil dalam pengelolaan dan perawatan, sebab Gereja Katolik Paroki Santo Pius X Blora merupakan salah satu aset tempat ibadah bernilai sejarah diantara sejumlah tempat ibadah agama lainnya.
“Jika terlihat rapi, bersih dan nyaman, yang bangga kan pemerintah kabupaten juga, apalagi letaknya di jalan protokol. Semoga Natal tahun ini menjadikan umat Katolik lebih mempertebal tingkat keimanan dan ketaqwaan, ”kata dia.
Jika ada warga Blora atau umat Katolik atau agama lainnya yang bermaksud berkunjung, selalu disambut dengan ramah dan santun oleh petugas gereja. Bahkan tidak keberatan jika dimintai tentang catatan penting sejarah paroki di Blora.
Dari catatan penting berjudul Kronik Sejarah Paroki Blora (sementara) terurai sederetan peristiwa mulai tahun 1908 hingga 2008.
Sejarah memilukan terjadi pada tahun 1982, tepatnya pada 10 April Jumat Agung dini hari, api membakar gedung gereja kebanggaan umat Katolik dan masyarakat Blora. Saat itu yang menjadi pastor paroki adalah Romo Carlo Liberi,CM. Kebakaran terjadi diduga akibat hubungan pendek arus listrik yang akan digunakan digunakan untuk perayaan Paskah pada tahun ini.
Karena gereja terbakar, maka perayaan Malam Paskah dilaksanakan di Markas Komando Distrik Militer (KODIM) 0721 Blora, selanjutnya umat merayakan Ekaristi di gedung DPRD Blora.
Pada tanggal 15 Agustus 1982, gedung gereja yang habis terbakar dibangun kembali dengan mempertahankan bentuk yang lama meskipun beberapa diantaranya ada perubahan dan selesai dibangun pada 19 Maret 1983. Peresmian oleh MGR. A.J Dibjokarjono Pr, Uskup Surabaya. (DPPKKI Kab Blora | tg.)
0 komentar:
Posting Komentar