![]() |
Salah satu titik sumur minyak tua peninggalan Belanda yang dikelola PT.Blora Patra Energi. (rs-infoblora) |
BLORA. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT.Blora Patra Energi (BPE) kembali disorot publik. Perusahaan milik daerah yang telah diserahi pengelolaan sumur minyak tua ini hanya mampu setor pendapatan ke kas daerah sebesar Rp 178 juta pada tahun ini.
"Pernah diungkapkan, dari empat sumur minyak tua saja bisa menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Rp 250 juta. Dibandingkan tahun sebelumnya, tahun ini PAD yang dihasilkan PT.BPE malah menurun menjadi Rp 178 juta," kata Siti Lestari, aktivis LSM Cerdas, kemarin (14/7).
Menurut mantan ketua PC PMII Blora ini, pendapatan itu menurun meskipun ada penambahan titik sumur tua yang sudah mengantongi izin pengelolaan dari Kementerian Kehutanan karena lokasi sumur berada di area hutan. "Perlu ada evaluasi dan koreksi bersama ada apa gerangan sehingga setoran BPE menurun drastis dari tahun sebelumnya," tambahnya.
Menurutnya dengan semakin bertambahnya titik sumur yang dikelola maka bisa semakin besar jumlah setoran PAD yang bisa masuk ke kas daerah. "Pertanyaannya adalah, apakah 15 titik sumur tersebut belum beroperasi? Kalau toh belum beroperasi, kenapa tidak diambil tindakan untuk segera megoperasikannya," ungkapnya.
Menurut Lestari setelah sekian lama tidak ada klarifikasi terkait dana yang disumbangkan PT.BPE kepada PAd, maka sewajarnya jika masyarakat menaruh curiga adanya kebocoran anggaran. Berdasarkan analisa dengan perhitungan sederhana, kata dia, tedapat 36 titik sumur tua yang produktif menghasilkan minyak mentah.
"Awalnya hanya 11 titik sumur tua yang mengantongi izin produksi. Namun sejak awal Januari 2013, izin sudah turun untuk mengelola 25 sumur tua lagi dan tentunya siap beroperasi," jelasnya.
Dia mencontohkan hitungan paling sederhana. Jika satu sumur menghasilkan 3 tangki dengan kapasitas satu tangki 5000 liter, maka hasilnya sudah milyaran rupiah. "Tapi justru kini yang ada malah sebaliknya," keluhnya.
Sementara itu, Plt Direktur PT.BPE Christian Prasetya saat dikonfirmasi membenarkan kalau tahun ini hanya menyetar Rp 178 juta ke kas daerah. Jumlah itu hasil produksi tahun 2013. Versi Christian, setoran itu naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 163 juta.
Produksi sumur dinilai tidak stabil dan banyak sumur yang dibuka ternyata tidak menghasilkan minyak alias kosong. "Bisa saja memang dihitung seperti itu, dengan catatan semua sumur minyak tua menghasilkan minyak. Namun yang terjadi banyak sumur minyak tua kita tidak mengahsilkan minyak alias dry hole," kata Christian, menanggapi kritikan LSM.
Selain itu, lanjut dia, sumur-sumur minyak tua itu banyak yang berada di tengah hutan. Sampai saat ini sumur tersebut belum bisa diproduksi karena perizinan belum selesai. "harapan kita ya menghasilkan yang banyak, namun faktanya tidak," pungkasnya. (rs-infoblora | sriwiyono/yan-jawapos)
0 komentar:
Posting Komentar