Home » , » Perbaikan Pantura Rembang - Pati Tak Selesai H-7 Dikhawatirkan Kemacetan Berimbas ke Blora

Perbaikan Pantura Rembang - Pati Tak Selesai H-7 Dikhawatirkan Kemacetan Berimbas ke Blora

infoblora.id on 11 Jul 2013 | 12.33

PANTURA REMBANG - PATI : Perbaikan jalur pantura di Rembang - Pati dan pelebaran beberapa jembatan dikhawatirkan tak selesai di H-7 Lebaran, hal ini berpotensi menimbulkan kemacetan saat arus mudik.
SEMARANG. Perbaikan jalan di jalur pantura tidak bakal rampung pada H-7 Lebaran. Kelancaran arus mudik dan balik tahun ini akan terganggu karena ulah kontraktor yang mengurangi pekerjaan fisik. Ketua DPD Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) Jateng, Budhi Sarwono beralasan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak pada pasokan bahan baku pekerjaan konstruksi yang tersendat, karena harga naik hingga 20% . Akibatnya biaya anggaran pelaksanaan proyek naik hingga 10%-15%.

"Jangan salahkan kontraktor jika transportasi saat Lebaran tidak lancar bahkan macet karena pekerjaan jalan belum rampung. Semua serba sulit karena kami mengalami kerugian," katanya kemarin.

Semua pekerja konstruksi dibawah ABBI akan mengurangi pekerjaan fisik di wilayah Tegal. Brebes, Pemalang, sampai perbatasan Rembang. Seharusnya kontraktor mempunyai prestasi kerja 1% dalam sehari, karena tidak ada tinjauan kembali dari pemerintah maka mereka bekerja 0,5% saja.

Dicontohkan biaya pengiriman aspal dari Prupuk, Tegal naik 100%. Sebelumnya Rp 180 per ton, sekarang jadi Rp 340 per ton. "Padahal perusahaan kami butuh aspal sampai 40 ton per hari," tuturnya.

Pengusaha juga mengalami kerugian hingga 18%. Dari keuntungan over head provit sebesar 10%, sebanyak 5% sudah digunakan untuk membayar gaji pegawai dan sebagainya sehingga tinggal 5%. Kemudian pengusaha harus membayar PPH sebesar 3%, sehingga keuntungan tinggal 2%. "Karena harga naik 20% sehingga kami rugi 18%," paparnya.

Ketua Gapensi Jateng Djoko Oryxahadi mengatakan, pemerintah harap mempertimbangkan penyesuaian kenaikan harga untuk kontrak konstruksi masa pelaksanaan dibawah 12 bulan, kontrak tahun tunggal dan kontrak tahun jamak.

Pemerintah juga diminta melakukan optimasi penangan proyek dengan nilai total kontrak sama, serta PPN dan PPH ditanggung pemerintah sebagai biaya kompensasi penyesuaian kenaikan harga. "Optimasi misalnya jalan tidak diaspal dulu atau jembatan tidak diberi saluran pembuangan dulu," terangnya.

Terpisah Gubernur Bibit Waluyo memperingatkan Dinas Bina Marga Jateng untuk bekerja keras dan optimal dalam menyelesaikan kerusakan jalan dan jembatan. Kerusakan jalan ini mendesak diperbaiki menjelang pelaksanaan arus mudik dan balik Lebaran. Hal ini penting agar bisa memberikan pelayanan bagi pemudik yang melintas dan masuk wilayah Jateng. Dengan waktu tersisa sekitar tiga minggu, perbaikan harus segera bisa diselesaikan untuk mengantisipasi kemacetan.

Mantan Pangkostrad ini mewanti-wanti Dinas Bina Marga di sela-sela Rakor Ekonomi Keuangan dan Industri Daerah (Ekuinda) di Gedung Gradhika Bhakti Praja kompleks Gubernuran Selasa (9/7) lalu. "Waktunya masih sekitar tiga minggu, kalau itu memang kewenangan pusat maka harus dikoordinasikan hari demi hari, jam demi jam. Kalau nantinya tidak selesai, kiamat," tandas Bibit.

Rawan Macet
Sementara itu untuk pantura Kabupaten Rembang berpotensi macet di tiga titik akibat proyek perbaikan yang sampai saat ini masih berlangsung. Titik rawan kemacetan paling parah berada di proyek pembetonan jalan sepanjang 600 meter di pantura Kecamatan Kaliori.

Rencananya akan ada jalan sepanjang 2 km yang akan di beton di pantura perbatasan Rembang - Pati. Namun hingga Lebaran mendatang, diperkirakan baru mencapai sepanjang 600 meter yang rampung dibeton. Hingga awal Juli, perkembangan proyek baru mencapai 35%.

Dua titik di pantura Rembang - Pati lainnya yang berpotensi menimbulkan kemacetan berada di proyek perbaikan Jembatan Karanggeneng di pantura Kota Rembang dan di proyek perbaikan Jembatan Babagan di Kecamatan Lasem. Hingga awal pekan ini pekerja baru merampungkan pekerjaan pemasangan girder di sisi selatan jembatan lama.

Jalur ini akan digunakan untuk mencegah konsentrasi kendaraan saat bangunan lama dibongkar. Sementara pembongkaran jembatan lama diperkirakan baru akan dilakukan setelah Lebaran. "Sebelum Lebaran ini kami fokus membuat open traffict di sisi luar jembatan lama, ditargetkan H-10 akan rampung," jelas Supri pelaksana proyek PT.Bangun Makmur Utama yang membangun proyek Jembatan Karanggeneng.

Proyek perbaikan Jembatan Karanggeneng Rembang senilai 13 Miliar ini dikerjakan PT.Bangun Makmur Utama mulai awal April hingga Desember 2013 nanti. Secara keseluruhan pemerintah pusat menganggarkan 54 Miliar untuk tujuh proyek perbaikan jalan di pantura Rembang.

Selain perbaikan Jembatan Karanggeneng, Jembatan Babagan dan pengecoran pantura Kaliori, empat proyek lainnya yang dikerjakan masing-masing perbaikan Jembatan Ngacor di Kecamatan Kragan, Perbaikan jalan Rembang - Blora, dan dua paket proyek perbaikan di pantura Rembang - perbatasan Jawa Timur.

Banyaknya proyek di jalur pantura Rembang - Pati yang diperkirakan tak selesai H-7 ini ditakutkan menimbulkan banyak ketersendatan dan kemacetan saat arus mudik dan balik Lebaran berlangsung. Imbasnya banyak kendaraan arus mudik dan balik mencari jalur-jalur alternatif selain pantura. Salah satunya jalur Purwodadi - Blora - Cepu - Bojonegoro. Jalur ini selalu menjadi alternatif pilihan untuk arus mudik ketika pantura macet. Tak dapat dipungkiri setiap pantura macet pasti jalaur Blora dipadati limpahan kendaraan pantura. Padahal spesifikasi jalan di Blora bukan jalan nasional yang ditujukan untuk kendaraan bertonase berat, ini dikhawatirkan akan memperparah kemacetan di Blora karena di jalur ini juga sedang dilakukan perbaikan dengan pengecoran di enam titik sepanjang Blora - Purwodadi. (rs-infoBlora | sumber : Suara Merdeka)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved