GAGAKRIMANGFM.ID - Lebih dari lima dekade, Ki Pasiran (77 tahun) mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan wayang krucil di Kabupaten Blora.
Meski memiliki darah seni wayang kulit dari
mbah buyutnya, Ki Pasiran lebih memilih wayang krucil, seni pertunjukan
tradisional yang kini nyaris punah.
Wayang krucil adalah bentuk kesenian khas
Kabupaten Blora dan beberapa daerah di Jawa Timur.
Wayang krucil terbuat dari kayu pipih,
sehingga mudah patah jika dimainkan sembarangan.
Jumlah personel yang terlibat dalam pementasan
wayang krucil lebih sedikit (Umumnya sekitar lima hingga tujuh orang saja,
termasuk dalang dan pengrawit) dibanding wayang kulit yang mencapai lebih dari
12 orang.
Tak seperti wayang kulit yang lazim
dipentaskan malam hari dan berkisah tentang Mahabharata atau Ramayana, wayang
krucil justru sering dimainkan siang hari dengan cerita sejarah.
Misalnya, dari kisah-kisah kerajaan di
Nusantara hingga tokoh-tokoh penyebaran agama Islam seperti Umar Amir atau Amir
Hamzah.
Pasiran menagku mulai mengenal wayang krucil
sejak masih remaja, setelah Gerakan Satu Oktober 1965.
Waktu itu dirinya sering diajak keliling
pentas oleh dalang wayang krucil dari Beged, Bojonegoro.
Ki Pasiran mengaku pernah diberi buku catatan
tentang kesenian wayang Krucil dan lakon-lakonnya oleh sang dalang tersebut.
Pementasan pertama Ki Pasiran sebagai dalang
dilakukan secara tak terduga pada 1977. Ketika itu, kakak perempuannya
menggelar hajatan khitanan anaknya.
Sejak itu, Ki Pasiran mulai dikenal dan
diundang tampil ke desa-desa di Kecamatan Sambong dan sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar