Sarasehan Budaya "Blora Menuju Kota Sastra" dilaksanakan bersamaan dengan haul Pramoedya Ananta Toer ke 12 di halaman rumah masa kecilnya, Senin malam (30/4/2018). (foto: dok-ib) |
Karya yang tidak hanya dikenal secara
nasional, namun juga internasional sampai diterjemahkan di berbagai
bahasa negara besar dunia. Sastrawan itu adalah Pramoedya Ananta Toer
yang lahir di sebuah rumah sederhana di Jl.Sumbawa nomor 40 Kelurahan
Jetis Blora, 93 tahun yang lalu.
Berkat karya pria kelahiran Blora, 6
Februari 1925 ini, kini Blora dikenal luas melalui beberapa novelnya.
Salah satunya novel yang terkenal berjudul Cerita dari Blora. Namun
sayang, tokoh besar ini sudah meninggal pada tanggal 30 April 2006
karena menderita sakit.
Untuk mengenang jasa beliau, tepat 12
tahun sepeninggalnya, Senin malam, 30 April 2018 kemarin digelar
Sarasehan Budaya bertema “Blora Menuju Kota Sastra” di halaman
rumah masa kecil Pram yang kini ditinggali oleh adik kandungnya,
Soesilo Toer.
Meskipun dilaksanakan secara sederhana,
sarasehan berhasil menggugah rasa kecintaan warga Blora terhadap
kebesaran Pramoedya Ananta Toer. Puluhan warga duduk lesehan di
halaman rumah dengan disinari lampu temaram, menyimak arahan dari
para narasumber.
Beberapa puisi karya Pramodeya juga
dibacakan dengan penuh penjiwaan oleh beberapa pelajar yang
sebelumnya telah memenangi lomba baca puisi. Suasana semakin khidmat
dan hangat, ketiga sesi tanya jawab dilontarkan oleh narasumber.
Tiga nara sumber yang dihadirkan
mengupas karya-karya sastra dan biografi Pram serta rencana
revitalisasi rumah masa kecil Pram sebagai kawasan budaya sastra yang
mengedukasi publik. Ketiga nara sumber sarasehan yaitu
Gatot Pranoto dari Yayasan Mahameru, Soesilo Toer adik kandung
Pramoedya dan Sugeng Widodo dari Balai Pelestarian Cagar Budaya
(BPCB) Prambanan.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Drs. Kunto Aji
menyatakan bahwa sarasehan ini dilaksanakan dengan tujuan merintis
Blora sebagai Kota Sastra dan menyambut program Indonesiana 2018 yang
akan mengangkat nama Pramoedya Ananta Toer.
“Selain itu kegiatan ini sebagai
apresiasi dan penghomatan kepada tokoh sastrawan Kabupaten Blora,
yakni Pramoedya Ananta Toer. Bertepatan dengan haul nya yang ke 12
hari ini (kemarin-red),” ucapnya.
Menurutnya Blora adalah kota budaya,
termasuk di dalamnya adalah sastra dan Pramoedya Ananta Toer adalah
buktinya,situsnya ada di sini, masih ada. Untuk program Indonesiana,
akan di gelar dengan tajuk Cerita dari Blora.
Sugeng Widodo nara sumber dari BPCB
Prambanan, menyampaikan bahwa tahun ini Blora ditunjuk sebagai salah
satu tuan rumah program Indonesiana dari Kemendikbud RI. Ada delapan
lokasi yang lolos ke tingkat pusat untuk festival budaya Indonesiana.
Salah satunya adalah Blora, terkait dengan Sastrawan Pramoedya Ananta
Toer dan busaya lainnya.
“Terkait rumah Pram, memang belum
terdaftar sebagai cagar budaya. Prosesnya sebuah bangunan disebut
cagar budaya harus melalui proses kajian dan diusulkan oleh Tim Ahli
Cagar Budaya. Tetapi perlu saya sampaikan juga, bahwa tahun ini
pemerintah pusat akan melakukan revitalisasi rumah Pramoedya dan
penataan perpustakaan,” ujarnya.
Berkaitan dengan perpustakaan, Soesilo
Toer, adik kandung Pram, menyampaikan bahwa dibentuknya perpustakaan
atas idenya setelah Pram meninggal dunia.
“Setelah melalui pertimbangan,
jadilah Perpustakan Pramoedya Anak Semua Bangsa,” ujar Soesilo
Toer, adik ke delapan Pram, sambil mengenang masa-masa hidup dan
perjuangan kakaknya di hadapan peserta sarasehan.
Ia juga mengajak kepada peserta
sarasehan, khususnya generasi muda agar gemar membaca dan menulis.
“Mulailah gemar membaca dan menulis
dari keluarga,” tandasnya.
Di tengah-tengah suasana sarasehan
berlangsung, Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, M.Si hadir dan
mengapresiasi pelaksanaan sarasehan. Menurutnya Blora mempunyai tokoh
sastrawan yang luar biasa yaitu Pramoedya Ananata Toer, sehingga perlu
untuk diteladani dan dikenang.
“Hampir setiap kami bertugas atau ada
acara ke luar kota, kalau bilang dari Blora. Pasti mereka langsung
teringat Pramoedya. Salah satu yang khas dikatakan mereka, kamu punya
Pramoedya ya ?. Jadi, entah itu di luar pulau atau dimana pun, karya
Cerita dari Blora ini sangatlah terkenal,” kata Arief Rohman.
Oleh karena itu, ketika dari Dirjen
Kebudayaan Kemendikbud RI akan konsen mengangkat nama Pramoedya
Ananta Toer dan menata rumahnya, menurutnya bisa menjadi gayung
bersambut. Karena disaat bersamaan Pemkab Blora juga ingin menjadikan
rumah Pramoedya sebagai objek wisata sastra.
“Kami berharap dalam acara
Indonesiana di Blora nanti Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayan serta
Dirjen bisa hadir. Kami berharap peninggalan karya dan sosok Pram
akan terus kita gaungkan menjadi salah satu ikon Blora,” lanjutnya.
Pihaknya yakin kalau semuanya kompak,
maka apa yang menjadi cita-cita bersama akan terwujud. Dan terus akan
kawal. Kemudian untuk napak tilas Cerita dari Blora bisa dikemas
wisatanya agar menarik untuk dikunjungi.
Diketahui bersama, sudah banyak tamu
dari berbagai daerah yang ingin berkunjung ke rumah masa kecil
Pramoedya. Hanya saja karena rumah itu masih tampak seadanya sehingga
pemerintah ingin ikut melakukan penataan sebagai salah satu potensi
Blora. (humaskab | jo-ib)
0 komentar:
Posting Komentar