![]() |
Rumah Moh Hasyim yang runtuh separuh karena tergerus longsor ke arah sungai pada Rabu (2/3) lalu. (foto: ant-infoblora) |
Ketika
ditemui di rumahnya yang hanya tinggal separuh karena terkena longsor, Moch
Hasyim yang sehari-hari bekerja sebagai seorang guru di SMA Negeri 1 Cepu ini
mengaku sedih dan berharap pemerintah bisa segera melakukan penanganan agar
rumahnya tidak termakan longsor terus.
“Potensi
longsor yang diakibatkan anak sungai Bengawan Solo di sebelah rumah saya ini
sebenarnya sudah lama. Kami sudah pernah lapor dan mengajukan usulan
pembangunan tanggul, namun tidak pernah ada jawaban. Hingga saat ini rumah saya
benar-benar jadi korbannya. Semoga dengan kondisi ini, pemerintah atau dinas
terkait bisa segera melakukan pembangunan plengsengan atau tanggul penguat,”
pintanya, Kamis (3/3) kemarin.
Ia
mengaku tidak bisa berbuat apa-apa pasca amblasnya separuh rumah yang masuk ke
sungai. “Rumah dan tanah yang kami miliki hanya ini. Seandainya disuruh pindah,
kami bingung harus pindah kemana,” ujarnya.
Sejak
rumahnya amblas pada Rabu lalu, beberapa relawan mulai dari Satgana, Tagana,
Satpol PP, MDMC hingga BPBD Kabupaten Blora sudah berdatangan untuk memberikan
pertolongan dan pendataan kerugian yang diderita.
Sementara
itu, Zulfikar anak Moch Hasyim mengatakan bahwa potensi longsor sudah pernah
dilaporkan pada tahun 2014. “Sejak 2014 lalu sudah dilaporkan, tetapi
jawabannya hanya janji-janji belaka. Yang saya ingat janjinya baru akan bisa
diperbaiki ketika musim kemarau datang. Tetapi sampai rumah Bapak saya hancur
seperti ini belum ada perbaikan,” jelasnya. (jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar