![]() |
Seorang warga Dukuh Ringin Anom Desa Giyanti sedang melintas diatas jembatan yang rapuh. (foto: teg-ib) |
Mereka mendambakan adanya pembangunan
jembatan baru yang lebih layak sebagai akses lalu-lintas dan transportasi warga
dari Desa menuju pusat ekonomi baik ke Kecamatan Sambong maupun ke Kecamatan
Cepu.
Pasalnya, jembatan yang menjadikan jalan
utama warga untuk beraktifitas kondisinya sangat memprihatinkan. Jembatan yang
terbuat dari kayu dengan panjang hampir 50 meter ini keadaannya sudah lapuk,
padahal merupakan jalan satu-satunya untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Sapua, Ketua RT 06 mengaku jembatan yang
dibangun sejak 10 tahun lalu itu kondisinya sudah mengkhawatirkan. Kayu yang
digunakan sebagai alas jembatan mulai lapuk dan beberapa sudah mulai retak/patah.
Selain itu kanan kiri jembatan juga tidak ada pegangannya.
“Saat musim penghujan seperti ini warga
semakin was-was ketika melintasi jembatan tersebut. Mereka pun harus
berhati-hati saat melintasi jembatan apalagi jika arus sungai sedang deras,”
kata Sapuan, Jumat (25/12) kemarin.
Menurutnya salah satu dukuh di Desa
Giyanti yang berbatasan dengan Desa Kasiman Bojonegoro Jawa Timur ini hanya
memiliki satu jalan utama berupa jembatan yang membentang di atas sungai
Batokan. Namun jembatan yang menjadi penopang aktifitas sehari-hari warga ini
mulai tak layak.
“Selain melalui jembatan ini, sebenarnya
ada jalan lain namun jaraknya lebih jauh kurang lebih sekitar puluhan kilometer
dan harus masuk hutan. Namun memasuki musim seperti ini jalan tersebut tidak
bisa dilewati karena becek,” tambahnya.
Oleh karena itu pihaknya sangat berharap
jembatan sekaligus jalan utama di Desa Giyanti ini bisa diperbaiki. “Kami harap
pada pemerintah terkait bisa memperbaiki jembatan minimal pada penopang
jembatan. Sehingga warga yang melintasi jembatan tidak merasa was-was,”
harapnya.
Sementara itu salah satu warga setempat,
Lamat mengaku kerap dag dig dug saat melintasi jembatan tersebut. Tak jarang
untuk berakitifitas harus medorong kendaraan melewati jembatan hingga seberang
untuk bisa beraktifitas kembali.
“Takut kalau naik motor saat melintasi
jembatan. Untuk lebih amannya sering kali saya dorong motor sampai seberang
jembatan baru dinaiki kembali,” ungkapnya. (tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar